Rabu, 11 Oktober 2017

LAPORAN FARDAS SEDIAAN KAPSUL

BAB I
PENDAHULUAN
I.1       Latar Belakang
Farmasi adalah suatu profesi kesehatan yang berhubungan dengan pembuatan dan distribusi dari produk yang berkhasiat obat, ini meliputi seni dan ilmu pengetahuan dari sumber alam atau sintetik menjadi material atau produk yang cocok dipakai untuk mencegah, dan mendiagnosa penyakit. Dalam farmasi juga mempelajari berbagai ilmu terapan, diantaranya adalah matematika, fisika, biologi, kimia, dan masih banyak cabang ilmu lainnya. Ilmu yang mendasari dari farmasi yaitu farmasetika (Anief, 2005).
Farmasetika merupakan ilmu yang mempelajari tentang cara penyediaan obat meliputi pengumpulan, pengenalan, pengawetan, dan pembakuan bahan obat-obatan, seni peracikan obat, serta pembuatan sediaan farmasi menjadi bentuk tertentu hingga siap digunakan sebagai obat, serta perkembangan obat yang meliputi ilmu dan teknologi pembuatan obat (Syamsuni, 2006).
Obat adalah semua bahan tunggal atau campuran yang digunakan oleh semua mahluk hidup bagian dalam maupun bagian luar, guna mencegah, meringankan, maupun menyembuh penyakit. Secara umum menurut bentuk sediaannya, obat terbagi atas 3 macam yaitu sediaan cair, sediaan semi padat dan sediaan padat. Dalam praktikum kali ini kami membuat salah satu bentuk sediaan padat yaitu kapsul (Ansel, 1989).
Kapsul adalah sediaan padat yang terdiri dari obat dalam cangkang keras atau lunak yang dapat larut. Cangakng kapsul umumnya terbuat dari gelatin; tetapi dapat juga terbuat dari pati atau bahan lainnya yang sesuai (Dirjen POM, 1995).
Mengingat pentingnya pengetahuan mengenai cara pembuatan sediaan kapsul yang baik dan benar serta, apa saja yang harus diperhatikan saat pembuatan kapsul maka dilakukan praktikum ini.

I.2       Maksud dan Tujuan
I.2.1    Maksud
Maksud dari praktikum kali ini adalah agar mahasiswa dapat mengetahui dan memahami cara pembuatan kapsul dengan metode tertentu.
I.2.2    Tujuan
Tujuan dari praktikum ini adalah agar mahasiswa dapat membuat kapsul menggunakan metode pengisian dengan tangan dan mahasiswa dapat melakukan skrining resep berdasarkan administratif, farmasetik dan klinis.  


BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
II.1     Dasar Teori
II.1.1  Pengertian Kapsul
Menurut Dirjen POM (1979), kapsul adalah sediaan obat terbungkus cangkang kapsul, keras atau lunak. Sedangkan menurut Ansel (2005), kapsul dapat didefinisikan sebagai bentuk sediaan padat, dimana satu macam obat atau lebih dan/ atau bahan inert lainnya yang dimasukkan ke dalam cangkang atau wadah kecil yang dapat larut dalam air.
II.1.2  Macam-macam Kapsul
Macam-macam kapsul menurut Anief (1986), yaitu:
1.     Kapsul gelatin keras
Kapsul gelatin keras merupakan kapsul yang mengandung gelatin, gula, dan air. Kapsul dengan tutup diberi warna-warna. Diberi tambahan warna adalah untuk dapat menarik dan dibedakan warnanya. Menurut besarnya, kapsul diberi nomor urut dari besar ke kecil sebagai berikut: no. 000; 00; 0; 1; 2; 3. Kapsul harus disimpan dalam wadah gelas yang tertutup kedap, terlindung dari debu, kelembaban dan temperatur yang ekstrim (panas).
2.     Kapsul cangkang lunak
Kapsul lunak merupakan kapsul yang tertutup dan diberi warna macam-macam. Perbedaan komposisi kapsul gelatin lunak dengan kapsul gelatin keras yaitu gula diganti dengan plasticizer yang membuat lunak, 5% gula dapat ditambahkan agar kapsul dapat dikunyah. Sebagai plasticizer digunakan gliserin dan sorbitol atau campuran kedua tersebut, atau polihidris alkohol lain.
3.     Kapsul cangkang keras
Kapsul cangkang keras biasanya diisi dengan serbuk, butiran, atau granul. Bahan semi padat atau cairan dapat juga diisikan ke dalam kapsul cangkang keras, tetapi jika cairan dimasukkan dalam kapsul, salah satu teknik penutupan harus digunakan untuk mencegah terjadinya kebocoran. Kapsul cangkang keras dapat diisi dengan tangan. Cara ini memberikan kebebasan bagi penulis resep untuk memilih obat tunggal atau campuran dengan dosis tepat yang paling baik bagi pasien. Fleksibelitas ini merupakan kelebihan kapsul cangkang keras dibandingkan bentuk sediaan tablet atau kapsul cangkang lunak.
II.1.3  Cara pembuatan kapsul
Cara pembuatan kapsul menurut Syamsuni (2006), yaitu:
1.     Tangan
Cara ini merupakan cara yang paling sederhana karena menggunakan tangan tanpa bantuan alat lain. Cara ini sering dikerjakan di apotek untuk melayani resep dokter, dan sebaiknya menggunakan sarung tangan untuk mencegah alergi yang mungkin timbul. Untuk memasukkan obat kedalam kapsul dapat dilakukan dengan membagi serbuk sesuai jumlah kapsul yang diminta. Selanjutnya, tiap bagian serbuk tadi dimasukkan kedalam badan kapsul lalu ditutup.
2.     Alat bukan mesin
Alat yang dimaksud ini adalah alat yang menggunakan tangan manusia. Dengan alat ini, akan didapatkan kapsul lebih seragam dan pengerjaan yang dapat lebih cepat karena dapat dihasilkan berpuluh-puluh kapsul. Alat ini terdiri atas dua bagian, yaitu bagian yang tetap dan yang bergerak.
Cara pengisiannya yaitu :
1.  Buka bagian-bagian kapsul
2.  Badan kapsul dimasukkan ke dalam lubang pada bagian obat yang tidak bergerak/ tetap.
3.  Taburkan serbuk yang akan dimaksudkan kedalam kapsul.
4.  Ratakan dengan bantuan alat kertas film.
5.  Tutup kapsul dengan cara merapatkan atau menggerakkan bagian alat yang bergerak.
3.     Alat mesin
Untuk memproduksi kapsul secara besar-besaran dan menjaga keseragaman kapsul, perlu digunakan alat otomatis mulai dari membuka, mengisi sampai menutup kapsul.
II.1.4  Cangkang kapsul
Ukuran cangkang kapsul keras bervariasi dari nomor paling kecil (5) sampai nomor paling besar (000), kecuali ukuran cangkang untuk hewan. Umumnya ukuran (00) adalah ukuran terbesar yang dapat diberikan kepada pasien ( Dirjen POM, 1995).
Ukuran dan berat cangkang kapsul (Soetopo, 2004):
No. Ukuran
Asetosal (gr)
Natrium bikarbonat (gr)
NBB (gr)
000
00
0
1
2
3
4
5
1
0,6
0,5
0,3
0,25
0,2
0,15
0,1
1,4
0,9
0,7
0,5
0,4
0,3
0,25
0,12
1,7
1,2
0,9
0.6
0,5
0,4
0,25
0,12

II.1.5  Cara penyimpanan kapsul
Gelatin bersifat stabil di udara bila dalam keadaan kering, akan tetapi mudah mengalami peruraian oleh mikroba bila menjadi lembab atau bila disimpan dalam larutan berair. Oleh karena itu kapsul gelatin yang lunak pada pembuatannya ditambahkan bahan pengawet untuk mencegah timbulnya jamur dalam cangkang kapsul. Bila mana di simpan dalam lingkungan dengan kelembaban yang tinggi, penambahan uap air akan di absorpsi (diserap) oleh cangkang kapsul dan kapsul tersebut akan mengalami kerusakan dari bentuk dan kekerasannya (Ansel, 1989).
Cangkang kapsul kelihatannya keras, tetapi sebenarnya masih mengandung air dengan kadar 10-15% menurut Farmakope Indonesia edisi IV dan 12-16% menurut literatur dari Syamsuni 2006. Jika disimpan di tempat yang lembab, kapsul akan menjadi lunak dan melengket satu sama lain serta sukar dibuka karena kapsul itu dapat menyerap air dari udara yang lembab. Sebaliknya, jika disimpan di tempat yang terlalu kering, kapsul itu akan kehilangan airnya sehingga menjadi rapuh dan mudah pecah (Syamsuni, 2006).
Oleh karena itu, menurut Syamsuni (2006), penyimpanan kapsul sebaiknya dalam tempat atau ruangan yang:
1.     Tidak terlalu lembab atau dingin dan kering.
2.     Terbuat dari botol-gelas, tertutup rapat, dan diberi bahan pengering (silika gel).
3.     Terbuat dari aluminium-foil dalam blister atau str.
II.1.6  Keuntungan dan kerugian kapsul
Keuntungan kapsul menurut Syamsuni (2006), yaitu:
1.     Bentuknya menarik dan praktis.
2.     Cangkang kapsul tidak berasa sehingga dapat menutupi obat yang berasa dan berbau tidak enak.
3.     Mudah ditelan dan cepat hancur atau larut dalam lambung sehingga obat cepat diabsorpsi.
4.     Dokter dapat mengkombinasikan beberapa macam obat dan dosis yang berbeda-beda sesuai dengan kebutuhan pasien.
5.     Kapsul dapat diisi dengan cepat karena tidak memerlukan bahan zat tambahan atau penolong seperti pada pembuatan pil maupun tablet.
Kerugian kapsul menurut Syamsuni (2006), yaitu:
1.     Tidak dapat untuk zat-zat yang mudah menguap karena pori-pori kapsul tidak dapat menahan penguapan.
2.     Tidak dapat untuk zat-zat yang higroskopis (menyerap lembab).
3.     Tidak dapat untuk zat-zat yang dapat bereaksi dengan cangkang kapsul.
4.     Tidak dapat diberikan untuk balita.
5.     Tidak dapat dibagi-bagi.
II.2     Uraian Bahan
II.2.1  Alkohol (Dirjen POM, 1979)
Nama Resmi                    :   AETHANOLUM
Nama Lain                       :   Etanol, alkohol, etil alkohol.
Rumus Molekul               :   C2H5OH
Berat Molekul                 :   46,07 gr/mol
Rumus struktur                :                   




Pemerian                          :   Cairan tak berwarna, jernih, mudah menguap dan  mudah bergerak, bau khas, rasa panas. Mudah terbakar dengan memberikan nyala biru yang tidak berasap.
Kelarutan                         :   Sangat mudah larut dalam air, dalam kloroform P dan dalam eter P.
Khasiat                            :   Sebagai antiseptik (membunuh mikroorganisme), desinfektan (membunuh bakteri pada alat laboratorium), penetral kulit.
Kegunaan                        :   Sebagai bahan sterilizer alat-alat laboratorium.
Penyimpanan                   :   Dalam wadah tertutup rapat, terlindung dari cahaya, ditempat sejuk, jauh dari nyala api.
II.2.2  Amoxcisillin (Dirjen POM, 1995)
Nama resmi                     :   AMOKSISILIN.
Nama lain                        :   Amoxcisillin.
Rumus molekul               :   C16H19N3O5S.3H2O
Berat molekul                  :   419,45 gr/mol.
Rumus struktur                :  



Pemerian                          :   Serbuk hablur, putih, praktis, tidak berbau.
Kelarutan                         :   Sukar larut dalam air, dan dalam metanol, tidak larut dalam benzen, dalam karbon tertraklorida dan dalam kloroform.
Khasiat                            :   Antibiotik (menghambat atau membunuh mikroorganisme).
Kegunaan                        :   Zat aktif.
Penyimpanan                   :   Dalam wadah tertutup rapat dan pada suhu ruang terkendali.
II.2.3  Domperidone (British Pharmacopeia, 2009; Champion,1986)
           Nama resmi                     :   DOMPERIDONE
           Nama lain                        :   Domperidon, domperidona
           Rumus molekul               :   C22H24ClN5O2
           Berat molekul                  :   425,9 gr/mol.
           Rumus struktur                :  





           Pemerian                          :   Serbuk putih atau hampir putih.
           Kelarutan                         :   Praktis tidak larut dalam air, larut dalam dimetilformamida, sedikit larut etanol (96%) dan methanol.
           Khasiat                            :   Antiemetik (mengatasi mual dan muntah).
           Kegunaan                        :   Zat aktif. 
           Penyimpanan                   :   Dalam wadah tertutup rapat.
II.2.4  Glibenklamid (Dirjen POM, 1995)
           Nama resmi                     :   GLIBENCLAMIDUM
           Nama lain                        :   Glibenklamida
           Rumus molekul               :   C23H28ClN3O5S
           Berat molekul                  :   494,0 gr/mol
           Rumus struktur                :  





           Pemerian                          :   Serbuk hablur, putih atau hampir putih, tidak berbau atau hampir tidak berbau
           Kelarutan                         :   Praktis tidak larut dalam air dan dalam eter, sukar larut dalam etanol dan dalam methanol, larut sebagian dalam kloroform.
           Khasiat                            :   Antidiabetik (menurunkan konsentrasi glukosa darah).
           Kegunaan                        :   Zat aktif.
           Penyimpanan                   :   Dalam wadah tertutup baik
II.2.5  Gliseril Guaikolat (Dirjen POM, 1979)
           Nama resmi                     :   GLYCERYLIS GUAIACOLAS
           Nama lain                        :   Gliseril guaiakolat
           Rumus molekul               :   C10H14O4
           Berat molekul                  :   198,22 gr/mol
           Rumus struktur                :  




           Pemerian                          :   Serbuk hablur putih, tidak berbau, dan rasanya pahit.
           Kelarutan                         :   Larut dalam 70 bagian air, 7 bagian etanol 95%.
           Khasiat                            :   Ekspektoran (mengencerkan batuk berdahak).
           Kegunaan                        :   Zat aktif.
Penyimpanan                   :   Dalam wadah tertutup baik, dan terlindung dari cahaya.           
II.2.6  Nifedipin (Dirjen POM, 1995)
           Nama resmi                     :   NIFEDIPINUM
           Nama lain                        :   Nifedipin
           Rumus molekul               :   C17H18N2H6.
           Berat molekul                  :   346,34 gr/mol.
           Rumus struktur                :  





           Pemerian                          :   Serbuk kuning, terurai oleh cahaya langsung.
           Kelarutan                         :   Praktis tidak larut dalam air, mudah larut dalam aseton, dan kloroform, kurang larut dalam etanol.
           Khasiat                            :   Antihipertensi (menurunkan tekanan darah).
           Kegunaan                        :   Zat aktif.
           Penyimpanan                   :   Simpan dalam wadah tertutup rapat dan terlindungi dari cahaya.



BAB III
METODE PRAKTIKUM
III.1     Waktu dan Tempat Pelaksanaan Praktikum
Praktikum Kapsul dilaksanakan pada tanggal 28 April 2017 pukul 16.00-19.30 WITA. Pelaksaan praktikum bertempat di Laboratorium Teknologi Farmasi, Jurusan Farmasi, Fakultas Olahraga dan Kesehatan, Universitas Negeri Gorontalo.
III.2     Alat dan Bahan
III.2.1  Alat
          
 
 
Lumpang dan Alu
Lap Halus
Ayakan
              
                                            

Spatula
Sudip






III.2.2  Bahan
Amoxicilin
Domperidone
Glibenklamid

Kertas perkamen

Salinan resep
Tissue
Plastik obat
Nifedipin
Gliseril guaiakolat
Etiket

Cangkang kapsul
Alkohol



III.3     Cara Kerja
a.       Resep 1
1.      Disiapkan alat dan bahan yang diperlukan.
2.      Dibersihkan alat yang akan digunakan dengan menggunakan alkohol 70%.
3.      Dimasukkan amoxicillin sebanyak 5 tablet ke dalam lumpang, kemudian digerus hingga halus.
4.      Disiapkan kertas perkamen sebanyak 10.
5.      Dibagi serbuk yang telah halus dan homogen pada kertas perkamen.
6.      Dimasukkan serbuk ke dalam cangkang kapsul.
7.      Dimasukkan kapsul kedalam pembungkus plastik obat.
8.      Diberi etiket putih dan dibuat salinan resep.
b.      Resep 2
1.      Disiapkan alat dan bahan yang diperlukan.
2.      Dibersihkan alat yang akan digunakan dengan menggunakan alkohol 70%.
3.      Dimasukkan 3 tablet nifedipin ke dalam lumpang dan digerus.
4.      Diayak nifedipin menggunakan ayakan mesh.
5.      Dimasukkan 5 tablet domperidone ke dalam lumpang, dan digerus.
6.      Dimasukkan 5 tablet gliseril guaiakolat ke dalam lumpang, dan digerus.
7.      Dimasukkan 3 tablet glibenklamid ke dalam lumpang, dan digerus.
8.      Dimasukkan nifedipin yang telah digerus dan diayak sebelumnya, digerus hingga homogen.
9.      Disiapkan kertas perkamen sebanyak 10.
10.  Dibagi serbuk yang telah halus dan homogen pada kertas perkamen.
11.  Dimasukkan serbuk ke dalam cangkang kapsul.
12.  Dimasukkan kapsul kedalam pembungkus plastik obat.
13.  Diberi etiket putih dan dibuat salinan resep.



BAB IV
PEMBAHASAN
IV.1     Hasil
Gambar 1.1 Tampak depan
Gambar 1.1 Tampak belakang
 









IV.2     Pembahasan
Pada resep praktikum ini, dilakukan pembuatan sediaan kapsul, adapun bahan-bahan yang digunakan, antara lain nifedipine, domperidone, glibenklamid, gliseril guaiakolat, dan amoxicillin. Dalam pengerjaannya tahap awal yang dilakukan yaitu membersihkan alat yang akan digunakan menggunakan alkohol 70%. Menurut Pratiwi (2008), alkohol 70 % dapat mempercepat proses pembersihan alat dari mikroorganisme. Kemudian dilakukan skrining resep dimana pada resep ini terdapat obat antibiotik yang harus dipisah dengan obat lainnya.
Langkah pertama yaitu digerus amoxicillin sebanyak 5 tablet hingga halus, karena amoxicilin termasuk golongan obat antibiotik maka dalam bentuk sediaan puyer tidak boleh dicampurkan dengan bahan obat lain misalnya, obat-obat AINS (misal parasetamol, ibuprofen, diklofenak, piroksikam, dan lain-lain) karena, antibiotik merupakan obat yang diminum sampai habis sedangkan, obat-obat AINS merupakan obat yang diminum hanya bila perlu saja. Perlu kita ketahui bahwa antibiotik seperti ampisilin seharusnya tidak boleh digerus karena dapat menyebabkan syok anafilaktik yang bisa membahayakan pasien atau petugas yang meracik obat (Gunawan, 2007).
Selanjutnya disiapkan kertas perkamen sesuai jumlah sediaan yang diminta. Serbuk dibagi rata diatas kertas perkamen dengan bobot yang kurang lebih sama. Kemudian tiap bagian serbuk dimasukkan ke dalam cangkang kapsul, setelah itu kapsul ditutup rapat hingga terdengar bunyi klik atau pertanda bahwa kapsul telah tertutup rapat. Langkah berikutnya yaitu kapsul dimasukkan ke dalam plastik obat dan diberi etiket berwarna putih dan diberi tanda diminum 2 kali sehari 1 kapsul atau setiap 12 jam 1 kapsul sesudah makan, pada obat antibiotik harus tertera “Harus Dihabiskan” pada etiket.
Pada resep kedua, pengerjaannya hampir sama dengan pada resep pertama. Bahan yang dimasukkan ke dalam lumpang terlebih dahulu yaitu bahan yang jumlahnya paling banyak karena bahan tersebut akan menutupi pori-pori lumpang sehingga jika bahan yang ditambahkan terlebih dahulu jumlahnya sedikit maka zat aktifnya akan berkurang. Kemudian ditambahkan gliseril guaiakolat sebanyak 5 tablet, digerus hingga halus, kemudian ditambahkan domperidon sebanyak 5 tablet. Digerus hingga homogen dan ditambahkan glibenklamid 3 tablet dan digerus lagi hingga homogen. Langkah selanjutnya digerus 2,5 tablet nifedipin, karena nifedipin merupakan tablet bersalut, maka harus digerus dan diayak terpisah terlebih dahulu sebelum dicampur dengan bahan obat lain. Kemudian dimasukkan nifedipin yang telah diayak ke dalam lumpang yang berisi campuran domperidon, gliseril guaiakolat dan glibenklamid dan digerus hingga homogen.
Setelah semua bahan homogen, selanjutnya disiapkan kertas perkamen  sesuai jumlah sediaan yang diminta. Serbuk dibagi rata diatas kertas perkamen dengan bobot yang kurang lebih sama. Kemudian serbuk dimasukkan tiap bagian serbuk ke dalam cangkang kapsul, setelah itu kapsul ditutup rapat hingga terdengar bunyi klik atau pertanda bahwa kapsul telah tertutup rapat. Langkah berikutnya yaitu tiap serbuk dibagi di atas kertas perkamen sebanyak 10 kemudian dimasukkan ke dalam kapsul. Kapsul dimasukkan ke dalam plastik obat dan diberi etiket berwarna putih dan diberi tanda diminum 2 kali sehari 1 kapsul atau setiap 12 jam 1 kapsul sesudah makan. Dimasukkan serbuk ke dalam kapsul menggunakan spatula, kemudian kapsul ditutup hingga terdengar bunyi klik atau pertanda bahwa kapsul telah tertutup rapat. Langkah berikutnya yaitu dimasukkan kapsul sesuai banyak permintaan ke dalam wadah plastik yang sudah diberi etiket. Untuk aturan pakai ditulis 2 kali sehari satu kapsul setelah makan.  Dan terakhir dibuat Salinan resep.
IV.3     Resep
dr. Asclei Takashi
SIK : 214/FM/GTO/003
Jl. Jendral Soedirman No. 214
No. Telp 085256788765
Gorontalo,28 April 2017

R/  Nifedipine                        1/4 tab
      Domperidone                   5 mg
      Glibenklamid                  1/3 tab
      Gliseril Guaiakolat            25 mg
R/  Amoxicillin                      250 mg

m.f pulv. dtd da in caps No. X
ʃ b.dd I caps pc
Pro     :  Tn Akbar
Umur  :  58 Tahun













IV.3.1  Narasi Resep
a.      Per kata (Syamsuni, 2005).
R/                      : Recipe                           : ambilah
ʃ                         : Signa                             : tandai
1/3                     : pars tertia                       : sepertiga
1/4                     : pars quarta                     : seperempat
1                        : Unus                              : satu
5                        : Quinque                         : lima
10                      : Decem                           : sepuluh
25                      : viginti quinque              : dua puluh lima
250                    : dicentum quinquaginta  : dua ratus lima puluh
mg                     : miligrama                       : miligram
m.f                    : Misce fac                       : campur dan buatlah
pulv                   : Pulvis                             : serbuk          
d.t.d                  : da tales doses                : berikan sekian takaran
da in                  : da in                              : dalam
caps                   : Capsulae                        : kapsul
No. 1                 : nomero unus                  : sebanyak satu
b.dd                  : bis de die                       : dua kali sehari
p.c                     : post coenam                  : setelah makan
b.   Per kalimat (Syamsuni, 2005).
      Recipe nifedipine pars quarta tab, domperidone quinque miligramma, glibenklamid pars tertie tab, gliseril guaiakolat viginti quinque miligramma. Recipe amoxicillin dicentum quinquaginta miligramma. Misce fac pulvis da tales doses da in capsulae nomero decem, signa bis de die unus post coenam.
Ambilah nifedipine seperempat tablet, domperidone dua puluh lima milligram, glibenklamid sepertiga tablet, gliseril guaiakolat 25 miligram. Ambilah amoxicillin dua ratus lima puluh milligram. Campur dan buatlah serbuk sekian takaran dalam kapsul sebanyak sepuluh, tandai dua kali sehari satu kapsul setelah makan.
IV.3.2  Kekurangan Resep
Pada resep tersebut memiliki kekurangan yaitu tidak terdapat tanda tangan atau paraf dokter (subscriptio) serta tidak disertakan dengan alamat pasien.
IV.3.3  Indikasi Resep
Resep ini diindikasikan untuk pasien yang mengalami penyakit komplikasi yaitu hipertensi dan kadar gula darah yang tinggi disertai dengan batuk berdahak, mual muntah, dan terinfeksi mikroorganisme. Sehingga diberikan resep yang terdiri dari obat hipertensi (nifedipin), obat antidiabetik (glibenklamid), obat batuk berdahak (gliseril guaiakolat), obat antiemetik (domperidone), dan obat antibiotik (amoxicillin).
IV.3.4  Interaksi Obat
1.     Nifedipine
Nifedipin dapat dikombinasikan dengan efek antihipertensi dari obat hipertensi lainnya seperta beta bloker selama kombinasinya dapat ditoleransi. Kombinasi efek antihipertensi juga dapat terlihat jika digunakan dengan obat seperti aldesleukin dan antipsikotik yang menyebabkan hipotensi (Sweetman, 2009).
2.     Domperidom
Sama seperti dopamine antagonis lainnya, terdapat potensi domperidon bisa menyebabkan efek antagonis pada efek hipoprolaktinaemik dari obat seperti bromocriptine. Sebagai tambahan, efek prokinetik dari domperidon bisa mengubah absorbsi dari beberapa obat (Sweetman, 2009).
3.     Glibenklamid
Sama seperti sulfonylureas secara umum. Banyak interaksi yang telah diketahui dengan sulfonylureas sebagian besar mewakili interaksi farmakokinetik (sebagai pengganti antidiabetik dari protein plasma atau perubahan dalam metabolisme atau ekskresi) atau interaksi farmakologi dengan obat yang mempunyai efek independen pada gula darah (Sweetman, 2009).
4.     Gliseril Guaiakolat
Pemberian bersama antidepresan tipe menghambat MAO dapat mengakibatkan kritis hipertensi (Martindale, 2009).
5.     Amoxicillin
Sama seperti ampicillin, benzylpenicillin. Dapat berinteraksi dengan bakteriostatik antibakterial seperti chloramphenicol dan tertracycline dan bisa inkompatibel secara in vitro dengan obat lain, termasuk beberapa antibakteri (Sweetman, 2009).

IV.3.5  Penyampaian Informasi                                                                                      
a.      Cara pemakaian
Untuk obat ini digunakan dengan diminum dua kali sehari sebanyak satu kapsul tiap 12 jam setelah makan. Untuk antibiotik harus dihabiskan.
b.     Cara penyimpanan
Untuk obat ini disimpan di tempat yang kering dan tidak lembab.
IV.3.6  Perhitungan Bahan
a.      Nifedipine 1/4 tab                           = 1/4 ´ 10          = 2,5 tablet
b.     Domperidone 5 mg                          = 5/10 ´ 10        = 5 tablet
c.      Glibenklamid 1/3 tab                       = 1/3 ´ 10          = 3,3 tablet
d.     Gliseril Guaiakolat 25 mg                = 25/50 ´ 10      = 5 tablet
e.      Amoxicillin 250 mg                         = 250/500 ´ 10  = 5 tablet
IV.3.7  Perhitungan Dosis
a.      Nifedipine
Dosis sehari                  = 4/5 ´ 30              = 24 mg
% OD                           = 5/24 ´ 100%       = 20,83 % (Tidak Overdosis)
b.     Domperidone
Dosis sehari                  = 4/5 ´ 30              = 24 mg
% OD                           = 10/24 ´ 100%     = 41,67% (Tidak Overdosis)
c.      Glibenklamid
      Dosis sehari                  = 4/5 ´ 40              = 32 mg
      % OD                           = 3,3/32 ´ 100%    = 10,31% (Tidak Overdosis)
d.     Gliseril Guaiakolat
      Dosis sehari                  = 4/5 ´ 100            = 80 mg
      % OD                           = 50/80 ´100%      = 62,5% (Tidak Overdosis)
e.      Amoxicillin
Dosis sehari                  = 4/5 ´ 500            = 400 mg
% OD                            = 500/400 ´ 100% = 125% (Overdosis)

IV.4     Efek Farmakologi
1.      Nifedipine
Nifedipin diabsorbsi cepat dan hampir sempurna dari saluran gastrointestinal, tapi mengalami metabolisme tahap pertama secara luas di hati. Puncak konsentrasi dalam darah diketahui muncul sekitar 30 menit setelah penggunaan dosis oral pada liquid-filled kapsul. Nifedipin sekitar 92 sampai 98%  terikat pada protein plasma. Didistribusi ke dalam ASI. Dimetabolisme secara luas di dalam hati dan sekitar 70 sampai 80% dari dosis diekskresi dalam urin sebagai metabolit inactive (Sweetman, 2009).
2.     Domperidone
Walaupun diarbosrbsi secara cepat, bioavailabilitas sistemik dari domperidon hanya sekitar 15% dalam sediaan yang diberikan secara oral. Akan bertambah saat domperidon diberikan setelah makan. Bioavailabilitas rendahnya karena melewati first pass pada hati dan metabolism intestinal. Domperidon lebih dari 90% terikat pada protein plasma, dan dieliminasi  sekitar 7,5 jam (Sweetman, 2009).
3.     Glibenklamid
Glibenklamid cepat diabsorbsi dari saluran gastrointestinal, puncak konsentrasi plasmanya biasanya muncul dalam 2-4 jam, dan terikat pada protein plasma. Penyerapannya dapat berlangsung lama dalam pasien hiperglikaemik dan bisa berbeda sesuai dengan ukuran partikel yang dipreparasi. Dimetabolisme hampir sempurna di liver, metabolit utama hanya sangat lemah untuk aktif. Sekitar 50% dari dosis diekskresi dalam urin dan 50% melewati empedu dalam feces.
4.     Gliseril Guaiakolat
Guaifenesin atau gliseril guaiakolat diarbsorbsi sempurna dari saluran gastrointestinal. Dimetabolisme dan di ekskresi di dalam urin (Sweetman, 2009).
5.     Amoxicillin
Amoxicillin resisten terhadap penonaktifan dari asam lambung. Lebih cepat dan lebih terabsorbsi sempurna dibandingkan dengan ampicillin yang diberikan oral. Puncak konsentrasi plasma dari amoxicillin sekitar 5 micrograms/mL yang diamati 1 sampai 2 jam setelah diberikan doosis 250 mg, dideteksi jumlah selama 8 jam. Amoxicillin didistribusi secara luas dalam jaringan tubuh dan cairan. Dimetabolisme terbatas dari asam penicilloic yang diekskresi di urin. Sekitar 60% dari dosis oral amoxicillin diekskresi dengan tidak berubah dalam urin selama 6 jam dari penyaring glomerulus dan sekresi tubular (Sweetman, 2009).
IV.4.1    Mekanisme Kerja
1.    Nifedipine
Mekanisme kerja nifedipin adalah menghambat masuknya ion Ca2+ sehingga menghambat terjadinya kontraksi otot polos jantung dan otot polos vaskuler. Nifedipin akan menimbulkan vasodilatasi pada otot polos pembuluh darah sehingga terjadi penurunan tekanan darah. Untuk pengobatan jangka panjang pada angina stabil dan kronik, sering digunakan antagonis kalsium sebagai obat pilihan pertama (Sweetman, 2009).
2.    Domperidone
Domperidone telah digunakan ssecara luas sebagai obat antiemetik dengan mekanisme kerjanya menginhibisi reseptor dopamiinergik (Debjit, dkk., 2009)
3.  Glibenklamid
Mekanisme kerja dari glibenklamid adalah merangsang pelepasan insulin sel beta pankreas. Obat ini memiliki aksi pankreatik dan efektif pada sel beta pankreas yang masih berfungsi. Sulfonilurea juga beraksi ekstra pankreatik dengan menurunkan kadar glukagon serum dan meningkatkan aksi insulin pada jaringan (Nugroho, 2012).

4.  Gliseril Guaiakolat
Mekanisme kerja dari gliseril guaiakolat memiliki aktivitas sebagai ekspektoran dengan meningkatkan volume dan mengurangi kekentalan sputum yang terdapat di trakheadanbronki. Dapat meningkatkan reflek batuk dan memudahkan untuk membuang sputum (Sweetman, 2009).
5.  Amoxicillin
Amoxicillin merupakan antibiotik golongan penicillin yang mekanisme kerjanya dengan jalan merusak sintesis dinding sel bakteri (Nugroho, 2012).   
                                                                      


BAB V
PENUTUP
V.1     Kesimpulan
Dari praktikum kali ini, dapat disimpulkan bahwa pembuatan kapsul menggunakan metode pengisian kapsul dengan tangan dapat dilakukan dengan cara serbuk obat yang telah halus dan homogen, dibagi diatas kertas perkamen sebanyak jumlah kapsul yang diminta, kemudian tiap bagian serbuk dimasukkan satu per satu kedalam kapsul. Setelah itu kapsul ditutup sampai berbunyi klik sebagai tanda kapsul telah tertutup dengan rapat.
Jika dilihat dari segi administratif, resep kapsul ini kurang lengkap karena tidak terdapat tanda tangan atau paraf dokter dan tidak dicantumkan alamat pasien. Jika dilihat dari segi farmasetiknya, dosis dari amoxicillin mengalami overdosis, sehingga apoteker harus mengonfirmasi kembali kepada dokter yang telah membuat resep tersebut. Dan jika dilihat dari segi klinisnya, resep ini tidak boleh diberikan kepada pasien ibu hamil dan menyusui.
V.2     Saran
V.2.1  Saran Asisten
Sebaiknya asisten lebih memperhatikan praktikan saat pelaksanaan praktikum.
V.2.2  Saran Laboratorium
Sebaiknya alat-alat di dalam laboratorium lebih diperbanyak lagi untuk mempermudah dan mengoptimalkan kelancaran praktikum.
V.2.3  Saran Jurusan
Sebaiknya jurusan lebih mengupayakan kelengkapan alat dalam laboratorium.


 DAFTAR PUSTAKA
Anief, M. 1986. Ilmu Farmasi. Jakarta: Ghalia Indonesia
Ansel, H.C. 1989. Penghantar Bentuk Sediaan Farmasi Edisi 4. Jakarta: UI Press.
Ansel, H.C. 2005. Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi. Edisi keempat. Jakarta: UI Press.
British Pharmacopoeia. 2009. British Pharmacopoeia. London: The British Pharmacopoeia Commission.
Champion, M.C., et al. 1986. Domperidone, A New Dopamine Antagonist. Canadian Medical Association Journal
Debjit, dkk,. 2009. Traditional and Medicinal. Journal of Medicinal Plants Studies.
Dirjen POM. 1979. Farmakope Indonesia Edisi ketiga. Jakarta: Departemen Kesehatan RI.
Dirjen POM. 1995. Farmakope Indonesia Edisi ke-IV. Jakarta: Departemen Kesehatan RI.
Nugroho, A. 2012. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Intellectul capital Disclousure. Accounting Analysis journal .
Pratiwi, Sylvia T. 2008. Mikrobiologi Farmasi. Bandung: Erlangga.
Soetopo. 2004. Ilmu Resep Teori. Jakarta: Departemen Kesehatan RI.
Syamsuni, H.A.2006. Ilmu Resep. Jakarta: EGC.
Sweetman, S.C. 2009. Martindale 36 The Complete Drug Refeence. London: The Parmaceutical Press.





3 komentar:

  1. Terimakasih kakak,,, blog yang sangat bermanfaat bagi saya.
    Semoga suksesssss 😘😘😘😘😘

    BalasHapus
  2. ASSALAMUALAIKUM SAYA INGIN BERBAGI CARA SUKSES SAYA NGURUS IJAZAH saya atas nama bambang asal dari jawa timur sedikit saya ingin berbagi cerita masalah pengurusan ijazah saya yang kemarin hilang mulai dari ijazah SD sampai SMA, tapi alhamdulillah untung saja ada salah satu keluarga saya yang bekerja di salah satu dinas kabupaten di wilayah jawa timur dia memberikan petunjuk cara mengurus ijazah saya yang hilang, dia memberikan no hp BPK DR SUTANTO S.H, M.A beliau selaku kepala biro umum di kantor kemendikbud pusat jakarta nomor hp beliau 0823-5240-6469, alhamdulillah beliau betul betul bisa ngurusin masalah ijazah saya, alhamdulillah setelah saya tlp beliau di nomor hp 0823-5240-6469, saya di beri petunjuk untuk mempersiap'kan berkas yang di butuh'kan sama beliau dan hari itu juga saya langsun email berkas'nya dan saya juga langsung selesai'kan ADM'nya 50% dan sisa'nya langsun saya selesai'kan juga setelah ijazah saya sudah ke terima, alhamdulillah proses'nya sangat cepat hanya dalam 1 minggu berkas ijazah saya sudah ke terima.....alhamdulillah terima kasih kpd bpk DR SUTANTO S.H,M.A berkat bantuan bpk lamaran kerja saya sudah di terima, bagi saudara/i yang lagi bermasalah malah ijazah silah'kan hub beliau semoga beliau bisa bantu, dan ternyata juga beliau bisa bantu dengan menu di bawah ini wassalam.....

    1. Beliau bisa membantu anda yang kesulitan :
    – Ingin kuliah tapi gak ada waktu karena terbentur jam kerja
    – Ijazah hilang, rusak, dicuri, kebakaran dan kecelakaan faktor lain, dll.
    – Drop out takut dimarahin ortu
    – IPK jelek, ingin dibagusin
    – Biaya kuliah tinggi tapi ingin cepat kerja
    – Ijazah ditahan perusahaan tetapi ingin pindah ke perusahaan lain
    – Dll.
    2. PRODUK KAMI
    Semua ijazah DIPLOMA (D1,D2,D3) S/D
    SARJANA (S1, S2)..
    Hampir semua perguruan tinggi kami punya
    data basenya.
    UNIVERSITAS TARUMA NEGARA UNIVERSITAS MERCUBUANA
    UNIVERSITAS GAJAH MADA UNIVERSITAS ATMA JAYA
    UNIVERSITAS PANCASILA UNIVERSITAS MOETOPO
    UNIVERSITAS TERBUKA UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA
    UNIVERSITAS TRISAKTI UNIVERSITAS KRISTEN INDONESIA
    UNIVERSITAS BUDI LIHUR ASMI
    UNIVERSITAS ILMUKOMPUTER UNIVERSITAS DIPONOGORO
    AKADEMI BAHASA ASING BINA SARANA INFORMATIKA
    UPN VETERAN AKADEMI PARIWISATA INDONESIA
    INSTITUT TEKHNOLOGI SERPONG STIE YPKP
    STIE SUKABUMI YAI
    ISTN STIE PERBANAS
    LIA / TOEFEL STIMIK SWADHARMA
    STIMIK UKRIDA
    UNIVERSITAS NASIONAL UNIVERSITAS JAKARTA
    UNIVERSITAS BUNG KARNO UNIVERSITAS PADJAJARAN
    UNIVERSITAS BOROBUDUR UNIVERSITAS INDONESIA
    UNIVERSITAS MUHAMMADYAH UNIVERSITAS BATAM
    UNIVERSITAS SAHID DLL

    3. DATA YANG DI BUTUHKAN
    Persyaratan untuk ijazah :
    1. Nama
    2. Tempat & tgl lahir
    3. foto ukuran 4 x 6 (bebas, rapi, dan usahakan berjas),semua data discan dan di email ke alamat email bpk sutantokemendikbud@gmail.com
    4. IPK yang di inginkan
    5. universitas yang di inginkan
    6. Jurusan yang di inginkan
    7. Tahun kelulusan yang di inginkan
    8. Nama dan alamat lengkap, serta no. telphone untuk pengiriman dokumen
    9. Di kirim ke alamat email: sutantokemendikbud@gmail.com berkas akan di tindak lanjuti akan setelah pembayaran 50% masuk
    10. Pembayaran lewat Transfer ke Rekening MANDIRI, BNI, BRI,
    11. PENGIRIMAN Dokumen Via JNE
    4. Biaya – Biaya
    • SD = Rp. 1.500.000
    • SMP = Rp. 2.000.000
    • SMA = Rp. 3.000.000
    • D3 = 6.000.000
    • S1 = 7.500.000(TERGANTUN UNIVERSITAS)
    • S2 = 12.000.000(TERGANTUN UNIVERSITAS)
    • S3 / Doktoral Rp. 24.000.000
    (kampus terkenal – wajib ikut kuliah beberapa bulan)
    • D3 Kebidanan / keperawatan Rp. 8.500.000
    (minimal sudah pernah kuliah di jurusan tersebut hingga semester 4)
    • Pindah jurusan/profesi dari Bidan/Perawat ke Dokter. Rp. 32.000.000

    BalasHapus

KUMPULAN LAPORAN FARMASI FISIKA By: Farmasi Universitas Negeri Gorontalo

Kumpulan Laporan Praktikum Farmasi Fisika Laporan Disolusi Obat  https://drive.google.com/open?id=1uuL2PLKjc_5FY0Z_pEcpfaRITO3vE6r7 Lap...