BAB
I
PENDAHULUAN
I.1 Latar Belakang
Farmasi adalah suatu profesi
kesehatan yang berhubungan dengan pembuatan dan distribusi dari produk yang
berkhasiat obat, ini meliputi seni dan ilmu pengetahuan dari sumber alam atau
sintetik menjadi material atau produk yang cocok dipakai untuk mencegah, dan
mendiagnosa penyakit. Dalam farmasi juga mempelajari berbagai ilmu
terapan, diantaranya adalah matematika, fisika, biologi, kimia, dan masih
banyak cabang ilmu lainnya. Ilmu yang mendasari dari farmasi yaitu farmasetika (Anief,
2005).
Farmasetika merupakan ilmu yang
mempelajari tentang cara penyediaan obat meliputi pengumpulan, pengenalan,
pengawetan, dan pembakuan bahan obat-obatan, seni peracikan obat, serta
pembuatan sediaan farmasi menjadi bentuk tertentu hingga siap digunakan sebagai
obat, serta perkembangan obat yang meliputi ilmu dan teknologi pembuatan obat
(Syamsuni, 2006).
Obat adalah semua bahan tunggal atau campuran yang digunakan
oleh semua mahluk hidup bagian dalam maupun bagian luar, guna mencegah,
meringankan, maupun menyembuh penyakit. Secara umum menurut bentuk sediaannya,
obat terbagi atas 3 macam yaitu sediaan cair, sediaan semi padat dan sediaan
padat. Dalam
praktikum kali ini kami membuat salah satu bentuk sediaan padat yaitu kapsul (Ansel, 1989).
Kapsul adalah sediaan padat yang
terdiri dari obat dalam cangkang keras atau lunak yang dapat larut. Cangakng
kapsul umumnya terbuat dari gelatin; tetapi dapat juga terbuat dari pati atau
bahan lainnya yang sesuai (Dirjen POM, 1995).
Mengingat pentingnya pengetahuan
mengenai cara pembuatan sediaan kapsul yang baik dan benar serta, apa saja yang
harus diperhatikan saat pembuatan kapsul maka dilakukan praktikum ini.
I.2 Maksud dan Tujuan
I.2.1 Maksud
Maksud dari praktikum kali ini adalah agar mahasiswa
dapat mengetahui dan memahami cara pembuatan kapsul dengan metode tertentu.
I.2.2 Tujuan
Tujuan dari praktikum ini adalah agar mahasiswa dapat
membuat kapsul menggunakan metode pengisian dengan tangan dan mahasiswa dapat
melakukan skrining resep berdasarkan administratif, farmasetik dan klinis.
BAB
II
TINJAUAN
PUSTAKA
II.1 Dasar Teori
II.1.1 Pengertian
Kapsul
Menurut Dirjen POM (1979), kapsul adalah sediaan
obat terbungkus cangkang kapsul, keras atau lunak. Sedangkan menurut Ansel
(2005), kapsul dapat didefinisikan sebagai bentuk sediaan padat, dimana satu
macam obat atau lebih dan/
atau bahan inert lainnya yang dimasukkan ke dalam cangkang
atau wadah kecil yang dapat larut dalam air.
II.1.2 Macam-macam Kapsul
Macam-macam kapsul menurut Anief (1986), yaitu:
1. Kapsul gelatin keras
Kapsul
gelatin keras merupakan kapsul yang mengandung
gelatin, gula, dan air. Kapsul dengan tutup diberi warna-warna. Diberi tambahan
warna adalah untuk dapat menarik dan dibedakan warnanya. Menurut besarnya,
kapsul diberi nomor urut dari besar ke kecil sebagai berikut: no. 000; 00; 0;
1; 2; 3. Kapsul harus disimpan dalam wadah gelas yang tertutup kedap,
terlindung dari debu, kelembaban dan temperatur yang ekstrim (panas).
2. Kapsul cangkang lunak
Kapsul lunak merupakan kapsul yang tertutup dan
diberi warna macam-macam. Perbedaan komposisi kapsul gelatin lunak dengan
kapsul gelatin keras yaitu gula diganti dengan plasticizer yang membuat
lunak, 5% gula dapat ditambahkan agar kapsul dapat dikunyah. Sebagai plasticizer
digunakan gliserin dan sorbitol atau campuran kedua tersebut, atau
polihidris alkohol lain.
3. Kapsul cangkang keras
Kapsul cangkang keras biasanya diisi dengan
serbuk, butiran, atau granul. Bahan semi padat atau cairan dapat juga diisikan
ke dalam kapsul cangkang keras, tetapi jika cairan dimasukkan dalam kapsul,
salah satu teknik penutupan harus digunakan untuk mencegah terjadinya
kebocoran. Kapsul cangkang keras dapat diisi dengan tangan. Cara ini memberikan
kebebasan bagi penulis resep untuk memilih obat tunggal atau campuran dengan
dosis tepat yang paling baik bagi pasien. Fleksibelitas ini merupakan kelebihan
kapsul cangkang keras dibandingkan bentuk sediaan tablet atau kapsul cangkang
lunak.
II.1.3 Cara pembuatan kapsul
Cara pembuatan kapsul menurut Syamsuni (2006), yaitu:
1. Tangan
Cara ini merupakan cara yang paling sederhana
karena menggunakan tangan tanpa bantuan alat lain. Cara ini sering dikerjakan
di apotek untuk melayani resep dokter, dan sebaiknya menggunakan sarung tangan
untuk mencegah alergi yang mungkin timbul. Untuk memasukkan obat kedalam kapsul
dapat dilakukan dengan membagi serbuk sesuai jumlah kapsul yang diminta.
Selanjutnya, tiap bagian serbuk tadi dimasukkan kedalam badan kapsul lalu
ditutup.
2. Alat bukan mesin
Alat yang dimaksud ini adalah alat yang
menggunakan tangan manusia. Dengan alat ini, akan didapatkan kapsul lebih
seragam dan pengerjaan yang dapat lebih cepat karena dapat dihasilkan
berpuluh-puluh kapsul. Alat ini terdiri atas dua bagian, yaitu bagian yang
tetap dan yang bergerak.
Cara pengisiannya yaitu :
1. Buka bagian-bagian kapsul
2. Badan kapsul dimasukkan ke dalam lubang pada bagian obat yang tidak
bergerak/ tetap.
3. Taburkan serbuk yang akan dimaksudkan kedalam kapsul.
4. Ratakan dengan bantuan alat kertas film.
5. Tutup kapsul dengan cara merapatkan atau menggerakkan bagian alat yang
bergerak.
3. Alat mesin
Untuk memproduksi kapsul secara besar-besaran
dan menjaga keseragaman kapsul, perlu digunakan alat otomatis mulai dari
membuka, mengisi sampai menutup kapsul.
II.1.4 Cangkang kapsul
Ukuran cangkang kapsul keras bervariasi dari
nomor paling kecil (5) sampai nomor paling besar (000), kecuali ukuran cangkang
untuk hewan. Umumnya ukuran (00) adalah ukuran terbesar yang dapat diberikan
kepada pasien ( Dirjen POM, 1995).
Ukuran dan berat cangkang kapsul (Soetopo, 2004):
No. Ukuran
|
Asetosal (gr)
|
Natrium bikarbonat (gr)
|
NBB (gr)
|
000
00
0
1
2
3
4
5
|
1
0,6
0,5
0,3
0,25
0,2
0,15
0,1
|
1,4
0,9
0,7
0,5
0,4
0,3
0,25
0,12
|
1,7
1,2
0,9
0.6
0,5
0,4
0,25
0,12
|
II.1.5 Cara penyimpanan kapsul
Gelatin bersifat stabil di udara bila dalam keadaan
kering, akan tetapi mudah mengalami peruraian oleh mikroba bila menjadi lembab
atau bila disimpan dalam larutan berair. Oleh karena itu kapsul gelatin yang
lunak pada pembuatannya ditambahkan bahan pengawet untuk mencegah timbulnya
jamur dalam cangkang kapsul. Bila mana di simpan dalam lingkungan dengan
kelembaban yang tinggi, penambahan uap air akan di absorpsi (diserap) oleh
cangkang kapsul dan kapsul tersebut akan mengalami kerusakan dari bentuk dan
kekerasannya (Ansel, 1989).
Cangkang kapsul kelihatannya keras, tetapi
sebenarnya masih mengandung air dengan kadar 10-15% menurut Farmakope Indonesia
edisi IV dan 12-16% menurut literatur dari Syamsuni 2006. Jika disimpan di
tempat yang lembab, kapsul akan menjadi lunak dan melengket satu sama lain serta
sukar dibuka karena kapsul itu dapat menyerap air dari udara yang lembab.
Sebaliknya, jika disimpan di tempat yang terlalu kering, kapsul itu akan
kehilangan airnya sehingga menjadi rapuh dan mudah pecah (Syamsuni, 2006).
Oleh karena itu, menurut Syamsuni (2006),
penyimpanan kapsul sebaiknya dalam tempat atau ruangan yang:
1. Tidak terlalu lembab atau dingin dan kering.
2. Terbuat dari botol-gelas, tertutup rapat, dan diberi bahan pengering
(silika gel).
3. Terbuat dari aluminium-foil dalam blister atau str.
II.1.6 Keuntungan dan kerugian
kapsul
Keuntungan kapsul menurut Syamsuni (2006), yaitu:
1. Bentuknya menarik dan praktis.
2. Cangkang kapsul tidak berasa sehingga dapat menutupi obat yang berasa
dan berbau tidak enak.
3. Mudah ditelan dan cepat hancur atau larut dalam lambung sehingga obat
cepat diabsorpsi.
4. Dokter dapat mengkombinasikan beberapa macam obat dan dosis yang
berbeda-beda sesuai dengan kebutuhan pasien.
5. Kapsul dapat diisi dengan cepat karena tidak memerlukan bahan zat
tambahan atau penolong seperti pada pembuatan pil maupun tablet.
Kerugian kapsul menurut Syamsuni (2006), yaitu:
1. Tidak dapat untuk zat-zat yang mudah menguap karena pori-pori kapsul
tidak dapat menahan penguapan.
2. Tidak dapat untuk zat-zat yang higroskopis (menyerap lembab).
3. Tidak dapat untuk zat-zat yang dapat bereaksi dengan cangkang kapsul.
4. Tidak dapat diberikan untuk balita.
5. Tidak dapat dibagi-bagi.
II.2 Uraian Bahan
II.2.1 Alkohol (Dirjen
POM, 1979)
Nama Resmi : AETHANOLUM
Nama Lain : Etanol,
alkohol, etil alkohol.
Rumus Molekul : C2H5OH
Rumus struktur :
Pemerian : Cairan tak berwarna, jernih, mudah menguap
dan mudah bergerak, bau khas, rasa
panas. Mudah terbakar dengan memberikan nyala biru yang tidak berasap.
Kelarutan : Sangat mudah larut dalam air, dalam kloroform
P dan dalam eter P.
Khasiat : Sebagai antiseptik (membunuh mikroorganisme),
desinfektan (membunuh bakteri pada alat laboratorium), penetral kulit.
Kegunaan : Sebagai bahan sterilizer alat-alat
laboratorium.
Penyimpanan : Dalam
wadah tertutup rapat, terlindung dari cahaya, ditempat sejuk, jauh dari nyala
api.
II.2.2 Amoxcisillin
(Dirjen POM, 1995)
Nama resmi : AMOKSISILIN.
Nama lain : Amoxcisillin.
Rumus molekul : C16H19N3O5S.3H2O
Berat molekul : 419,45
gr/mol.
|
Pemerian : Serbuk hablur, putih, praktis, tidak berbau.
Kelarutan : Sukar larut dalam air, dan dalam metanol, tidak
larut dalam benzen, dalam karbon tertraklorida dan dalam kloroform.
Khasiat : Antibiotik (menghambat atau membunuh
mikroorganisme).
Kegunaan : Zat aktif.
Penyimpanan : Dalam
wadah tertutup rapat dan pada suhu ruang terkendali.
II.2.3 Domperidone
(British Pharmacopeia, 2009;
Champion,1986)
Nama
resmi : DOMPERIDONE
Nama
lain : Domperidon, domperidona
Rumus
molekul : C22H24ClN5O2
Rumus
struktur :
Pemerian : Serbuk putih atau hampir putih.
Kelarutan : Praktis tidak larut dalam air, larut dalam
dimetilformamida, sedikit larut etanol (96%) dan methanol.
Khasiat : Antiemetik (mengatasi mual dan muntah).
Kegunaan : Zat aktif.
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat.
II.2.4 Glibenklamid
(Dirjen POM, 1995)
Nama
resmi : GLIBENCLAMIDUM
Nama
lain : Glibenklamida
Rumus
molekul : C23H28ClN3O5S
Berat
molekul : 494,0 gr/mol
|
Pemerian : Serbuk hablur, putih atau hampir putih, tidak
berbau atau hampir tidak berbau
Kelarutan : Praktis tidak larut dalam air dan dalam eter,
sukar larut dalam etanol dan dalam methanol, larut sebagian dalam kloroform.
Khasiat : Antidiabetik (menurunkan konsentrasi glukosa
darah).
Kegunaan : Zat aktif.
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik
II.2.5 Gliseril
Guaikolat (Dirjen POM, 1979)
Nama
resmi : GLYCERYLIS GUAIACOLAS
Nama
lain : Gliseril guaiakolat
Rumus
molekul : C10H14O4
Rumus
struktur :
Pemerian : Serbuk hablur putih, tidak berbau, dan
rasanya pahit.
Kelarutan : Larut dalam 70 bagian air, 7 bagian etanol
95%.
Khasiat : Ekspektoran (mengencerkan batuk berdahak).
Kegunaan : Zat aktif.
Penyimpanan : Dalam
wadah tertutup baik, dan terlindung dari cahaya.
II.2.6 Nifedipin
(Dirjen POM, 1995)
Nama
resmi : NIFEDIPINUM
Nama
lain : Nifedipin
Rumus
molekul : C17H18N2H6.
Berat
molekul : 346,34 gr/mol.
Pemerian : Serbuk kuning, terurai oleh cahaya langsung.
Kelarutan : Praktis tidak larut dalam air, mudah larut
dalam aseton, dan kloroform, kurang larut dalam etanol.
Khasiat : Antihipertensi (menurunkan tekanan darah).
Kegunaan : Zat aktif.
Penyimpanan : Simpan dalam wadah tertutup rapat dan terlindungi dari cahaya.
BAB
III
METODE
PRAKTIKUM
III.1
Waktu dan Tempat Pelaksanaan Praktikum
Praktikum Kapsul dilaksanakan pada tanggal 28 April
2017 pukul 16.00-19.30 WITA. Pelaksaan praktikum bertempat di Laboratorium
Teknologi Farmasi, Jurusan Farmasi, Fakultas Olahraga dan Kesehatan,
Universitas Negeri Gorontalo.
III.2 Alat dan Bahan
III.2.1 Alat
Lumpang dan Alu
|
Lap Halus
|
Ayakan
|
Spatula
|
Sudip
|
III.2.2 Bahan
Amoxicilin
|
Domperidone
|
Glibenklamid
|
Kertas perkamen
|
Salinan resep
|
Tissue
|
Plastik obat
|
Nifedipin
|
Gliseril guaiakolat
|
Etiket
|
Cangkang kapsul
|
Alkohol
|
III.3 Cara Kerja
a. Resep
1
1. Disiapkan
alat dan bahan yang diperlukan.
2. Dibersihkan
alat yang akan digunakan dengan menggunakan alkohol 70%.
3. Dimasukkan
amoxicillin sebanyak 5 tablet ke dalam lumpang, kemudian digerus hingga halus.
4. Disiapkan
kertas perkamen sebanyak 10.
5. Dibagi
serbuk yang telah halus dan homogen pada kertas perkamen.
6. Dimasukkan
serbuk ke dalam cangkang kapsul.
7. Dimasukkan
kapsul kedalam pembungkus plastik obat.
8. Diberi
etiket putih dan dibuat salinan resep.
b. Resep
2
1. Disiapkan
alat dan bahan yang diperlukan.
2. Dibersihkan
alat yang akan digunakan dengan menggunakan alkohol 70%.
3. Dimasukkan
3 tablet nifedipin ke dalam lumpang dan digerus.
4. Diayak
nifedipin menggunakan ayakan mesh.
5. Dimasukkan
5 tablet domperidone ke dalam lumpang, dan digerus.
6. Dimasukkan
5 tablet gliseril guaiakolat ke dalam lumpang, dan digerus.
7. Dimasukkan
3 tablet glibenklamid ke dalam lumpang, dan digerus.
8. Dimasukkan
nifedipin yang telah digerus dan diayak sebelumnya, digerus hingga homogen.
9. Disiapkan
kertas perkamen sebanyak 10.
10. Dibagi
serbuk yang telah halus dan homogen pada kertas perkamen.
11. Dimasukkan
serbuk ke dalam cangkang kapsul.
12. Dimasukkan
kapsul kedalam pembungkus plastik obat.
13. Diberi
etiket putih dan dibuat salinan resep.
BAB
IV
PEMBAHASAN
IV.1 Hasil
Gambar 1.1 Tampak depan
|
Gambar 1.1 Tampak belakang
|
IV.2 Pembahasan
Pada resep praktikum ini, dilakukan pembuatan sediaan
kapsul, adapun bahan-bahan yang digunakan, antara lain nifedipine, domperidone,
glibenklamid, gliseril guaiakolat, dan amoxicillin. Dalam pengerjaannya tahap
awal yang dilakukan yaitu membersihkan alat yang akan digunakan menggunakan
alkohol 70%. Menurut Pratiwi
(2008), alkohol 70 % dapat mempercepat proses pembersihan alat dari
mikroorganisme. Kemudian dilakukan skrining resep dimana pada resep ini
terdapat obat antibiotik yang harus dipisah dengan obat lainnya.
Langkah pertama yaitu digerus amoxicillin sebanyak
5 tablet hingga halus, karena amoxicilin termasuk golongan obat antibiotik maka
dalam bentuk sediaan puyer tidak boleh dicampurkan dengan bahan obat lain
misalnya, obat-obat AINS (misal parasetamol, ibuprofen, diklofenak, piroksikam,
dan lain-lain) karena, antibiotik merupakan obat yang diminum sampai habis
sedangkan, obat-obat AINS merupakan obat yang diminum hanya bila perlu saja.
Perlu kita ketahui bahwa antibiotik seperti ampisilin seharusnya tidak boleh
digerus karena dapat menyebabkan syok anafilaktik yang bisa membahayakan pasien
atau petugas yang meracik obat (Gunawan, 2007).
Selanjutnya disiapkan kertas perkamen sesuai jumlah sediaan
yang diminta. Serbuk dibagi rata diatas kertas perkamen dengan bobot yang
kurang lebih sama. Kemudian tiap bagian serbuk dimasukkan ke dalam cangkang
kapsul, setelah itu kapsul ditutup rapat hingga terdengar bunyi klik atau
pertanda bahwa kapsul telah tertutup rapat. Langkah berikutnya yaitu kapsul
dimasukkan ke dalam plastik obat dan diberi etiket berwarna putih dan diberi
tanda diminum 2 kali sehari 1 kapsul atau setiap 12 jam 1 kapsul sesudah makan,
pada obat antibiotik harus tertera “Harus Dihabiskan” pada etiket.
Pada resep kedua, pengerjaannya hampir sama dengan
pada resep pertama. Bahan yang dimasukkan ke dalam lumpang terlebih dahulu
yaitu bahan yang jumlahnya paling banyak karena bahan tersebut akan menutupi
pori-pori lumpang sehingga jika bahan yang ditambahkan terlebih dahulu
jumlahnya sedikit maka zat aktifnya akan berkurang. Kemudian ditambahkan
gliseril guaiakolat sebanyak 5 tablet, digerus hingga halus, kemudian
ditambahkan domperidon sebanyak 5 tablet. Digerus hingga homogen dan
ditambahkan glibenklamid 3 tablet dan digerus lagi hingga homogen. Langkah
selanjutnya digerus 2,5 tablet nifedipin, karena nifedipin merupakan tablet bersalut, maka
harus digerus dan diayak terpisah terlebih dahulu sebelum dicampur dengan bahan
obat lain. Kemudian dimasukkan nifedipin yang telah diayak ke dalam lumpang
yang berisi campuran domperidon, gliseril guaiakolat dan glibenklamid dan
digerus hingga homogen.
Setelah semua bahan homogen, selanjutnya disiapkan
kertas perkamen sesuai jumlah sediaan
yang diminta. Serbuk dibagi rata diatas kertas perkamen dengan bobot yang
kurang lebih sama. Kemudian serbuk dimasukkan tiap bagian serbuk ke dalam
cangkang kapsul, setelah itu kapsul ditutup rapat hingga terdengar bunyi klik
atau pertanda bahwa kapsul telah tertutup rapat. Langkah berikutnya yaitu tiap
serbuk dibagi
di atas kertas perkamen sebanyak 10 kemudian dimasukkan ke dalam kapsul. Kapsul
dimasukkan ke dalam plastik obat dan diberi etiket berwarna putih dan diberi tanda
diminum 2 kali sehari 1 kapsul atau setiap 12 jam 1 kapsul sesudah makan.
Dimasukkan serbuk ke dalam kapsul menggunakan spatula, kemudian kapsul ditutup hingga
terdengar
bunyi klik atau pertanda bahwa kapsul telah tertutup rapat.
Langkah berikutnya yaitu dimasukkan kapsul sesuai banyak permintaan ke dalam
wadah plastik yang sudah diberi etiket. Untuk aturan pakai ditulis 2 kali
sehari satu kapsul setelah makan. Dan
terakhir dibuat Salinan resep.
IV.3
Resep
dr. Asclei Takashi
SIK : 214/FM/GTO/003
Jl. Jendral Soedirman No. 214
No. Telp 085256788765
|
Gorontalo,28 April 2017
R/ Nifedipine 1/4 tab
Domperidone 5 mg
Glibenklamid 1/3 tab
Gliseril Guaiakolat 25 mg
R/ Amoxicillin 250 mg
m.f pulv. dtd da in caps No. X
ʃ b.dd I caps pc
|
Pro : Tn Akbar
Umur : 58 Tahun
|
IV.3.1 Narasi Resep
a. Per
kata (Syamsuni, 2005).
R/ :
Recipe : ambilah
ʃ :
Signa : tandai
1/3 :
pars tertia :
sepertiga
1/4 :
pars quarta :
seperempat
1 : Unus : satu
5 : Quinque : lima
10 : Decem : sepuluh
25 : viginti quinque : dua puluh lima
250 : dicentum quinquaginta : dua ratus lima puluh
mg : miligrama : miligram
m.f : Misce fac : campur dan buatlah
pulv : Pulvis : serbuk
d.t.d :
da tales doses : berikan
sekian takaran
da in : da in : dalam
caps :
Capsulae : kapsul
No. 1 :
nomero unus : sebanyak
satu
b.dd :
bis de die : dua
kali sehari
p.c :
post coenam : setelah
makan
b. Per kalimat
(Syamsuni, 2005).
Recipe
nifedipine pars quarta tab, domperidone quinque miligramma, glibenklamid pars
tertie tab, gliseril guaiakolat viginti quinque miligramma. Recipe amoxicillin
dicentum quinquaginta miligramma. Misce fac pulvis da tales doses da in
capsulae nomero decem, signa bis de die unus post coenam.
Ambilah nifedipine seperempat tablet, domperidone dua
puluh lima milligram, glibenklamid sepertiga tablet, gliseril guaiakolat 25
miligram. Ambilah amoxicillin dua ratus lima puluh milligram. Campur dan
buatlah serbuk sekian takaran dalam kapsul sebanyak sepuluh, tandai dua kali
sehari satu kapsul setelah makan.
IV.3.2 Kekurangan Resep
Pada resep tersebut memiliki kekurangan yaitu tidak
terdapat tanda tangan atau paraf dokter (subscriptio)
serta tidak disertakan dengan alamat pasien.
IV.3.3 Indikasi Resep
Resep ini diindikasikan untuk pasien yang mengalami
penyakit komplikasi yaitu hipertensi dan kadar gula darah yang tinggi disertai
dengan batuk berdahak, mual muntah, dan terinfeksi mikroorganisme. Sehingga
diberikan resep yang terdiri dari obat hipertensi (nifedipin), obat
antidiabetik (glibenklamid), obat batuk berdahak (gliseril guaiakolat), obat
antiemetik (domperidone), dan obat antibiotik (amoxicillin).
IV.3.4 Interaksi Obat
1. Nifedipine
Nifedipin dapat dikombinasikan dengan efek
antihipertensi dari obat hipertensi lainnya seperta beta bloker selama
kombinasinya dapat ditoleransi. Kombinasi efek antihipertensi juga dapat
terlihat jika digunakan dengan obat seperti aldesleukin dan antipsikotik yang
menyebabkan hipotensi (Sweetman, 2009).
2. Domperidom
Sama seperti dopamine antagonis lainnya, terdapat potensi
domperidon bisa menyebabkan efek antagonis pada efek hipoprolaktinaemik dari
obat seperti bromocriptine. Sebagai tambahan, efek prokinetik dari domperidon
bisa mengubah absorbsi dari beberapa obat (Sweetman, 2009).
3. Glibenklamid
Sama seperti sulfonylureas secara umum. Banyak interaksi yang
telah diketahui dengan sulfonylureas sebagian besar mewakili interaksi
farmakokinetik (sebagai pengganti antidiabetik dari protein plasma atau
perubahan dalam metabolisme atau ekskresi) atau interaksi farmakologi dengan
obat yang mempunyai efek independen pada gula darah (Sweetman, 2009).
4. Gliseril
Guaiakolat
Pemberian bersama
antidepresan tipe menghambat MAO dapat mengakibatkan kritis hipertensi
(Martindale, 2009).
5. Amoxicillin
Sama seperti ampicillin, benzylpenicillin. Dapat berinteraksi
dengan bakteriostatik antibakterial seperti chloramphenicol dan tertracycline
dan bisa inkompatibel secara in vitro
dengan obat lain, termasuk beberapa antibakteri (Sweetman, 2009).
IV.3.5 Penyampaian Informasi
a. Cara
pemakaian
Untuk obat ini
digunakan dengan diminum dua kali sehari sebanyak satu kapsul tiap 12 jam
setelah makan. Untuk antibiotik harus dihabiskan.
b. Cara
penyimpanan
Untuk obat ini disimpan di tempat
yang kering dan tidak lembab.
IV.3.6 Perhitungan Bahan
a. Nifedipine
1/4 tab = 1/4 ´ 10 =
2,5 tablet
b. Domperidone
5 mg = 5/10 ´ 10 =
5 tablet
c. Glibenklamid
1/3 tab = 1/3 ´ 10 =
3,3 tablet
d. Gliseril
Guaiakolat 25 mg = 25/50 ´ 10 =
5 tablet
e. Amoxicillin
250 mg = 250/500 ´ 10 =
5 tablet
IV.3.7 Perhitungan Dosis
a. Nifedipine
Dosis
sehari = 4/5 ´ 30 =
24 mg
%
OD = 5/24 ´ 100% =
20,83 % (Tidak Overdosis)
b. Domperidone
Dosis
sehari = 4/5 ´ 30 =
24 mg
%
OD = 10/24 ´ 100% =
41,67% (Tidak Overdosis)
c. Glibenklamid
Dosis sehari = 4/5 ´
40 = 32 mg
% OD =
3,3/32 ´ 100% = 10,31% (Tidak Overdosis)
d. Gliseril
Guaiakolat
Dosis sehari = 4/5 ´
100 = 80 mg
% OD = 50/80 ´100% =
62,5% (Tidak Overdosis)
e. Amoxicillin
Dosis
sehari = 4/5 ´ 500 =
400 mg
%
OD =
500/400 ´ 100% = 125% (Overdosis)
IV.4 Efek Farmakologi
1. Nifedipine
Nifedipin
diabsorbsi cepat dan hampir sempurna dari saluran gastrointestinal, tapi
mengalami metabolisme tahap pertama secara luas di hati. Puncak konsentrasi
dalam darah diketahui muncul sekitar 30 menit setelah penggunaan dosis oral
pada liquid-filled kapsul. Nifedipin sekitar 92 sampai 98% terikat pada protein plasma. Didistribusi ke
dalam ASI. Dimetabolisme secara luas di dalam hati dan sekitar 70 sampai 80%
dari dosis diekskresi dalam urin sebagai metabolit inactive (Sweetman, 2009).
2. Domperidone
Walaupun
diarbosrbsi secara cepat, bioavailabilitas sistemik dari domperidon hanya
sekitar 15% dalam sediaan yang diberikan secara oral. Akan bertambah saat
domperidon diberikan setelah makan. Bioavailabilitas rendahnya karena melewati
first pass pada hati dan metabolism intestinal. Domperidon lebih dari 90%
terikat pada protein plasma, dan dieliminasi
sekitar 7,5 jam (Sweetman, 2009).
3. Glibenklamid
Glibenklamid cepat
diabsorbsi dari saluran gastrointestinal, puncak konsentrasi plasmanya biasanya
muncul dalam 2-4 jam, dan terikat pada protein plasma. Penyerapannya dapat
berlangsung lama dalam pasien hiperglikaemik dan bisa berbeda sesuai dengan
ukuran partikel yang dipreparasi. Dimetabolisme hampir sempurna di liver,
metabolit utama hanya sangat lemah untuk aktif. Sekitar 50% dari dosis
diekskresi dalam urin dan 50% melewati empedu dalam feces.
4. Gliseril
Guaiakolat
Guaifenesin atau
gliseril guaiakolat diarbsorbsi sempurna dari saluran gastrointestinal.
Dimetabolisme dan di ekskresi di dalam urin (Sweetman, 2009).
5. Amoxicillin
Amoxicillin
resisten terhadap penonaktifan dari asam lambung. Lebih cepat dan lebih
terabsorbsi sempurna dibandingkan dengan ampicillin yang diberikan oral. Puncak
konsentrasi plasma dari amoxicillin sekitar 5 micrograms/mL yang diamati 1
sampai 2 jam setelah diberikan doosis 250 mg, dideteksi jumlah selama 8 jam.
Amoxicillin didistribusi secara luas dalam jaringan tubuh dan cairan. Dimetabolisme
terbatas dari asam penicilloic yang diekskresi di urin. Sekitar 60% dari dosis
oral amoxicillin diekskresi dengan tidak berubah dalam urin selama 6 jam dari
penyaring glomerulus dan sekresi tubular (Sweetman, 2009).
IV.4.1 Mekanisme Kerja
1.
Nifedipine
Mekanisme kerja nifedipin adalah menghambat masuknya
ion Ca2+ sehingga menghambat terjadinya kontraksi otot polos jantung
dan otot polos vaskuler. Nifedipin akan menimbulkan vasodilatasi pada otot
polos pembuluh darah sehingga terjadi penurunan tekanan darah. Untuk pengobatan
jangka panjang pada angina stabil dan kronik, sering digunakan antagonis
kalsium sebagai obat pilihan pertama (Sweetman, 2009).
2.
Domperidone
Domperidone
telah digunakan ssecara luas sebagai obat antiemetik dengan mekanisme kerjanya
menginhibisi reseptor dopamiinergik (Debjit, dkk., 2009)
3. Glibenklamid
Mekanisme kerja dari glibenklamid adalah merangsang
pelepasan insulin sel beta pankreas. Obat ini memiliki aksi pankreatik dan
efektif pada sel beta pankreas yang masih berfungsi. Sulfonilurea juga beraksi
ekstra pankreatik dengan menurunkan kadar glukagon serum dan meningkatkan aksi
insulin pada jaringan (Nugroho, 2012).
4. Gliseril Guaiakolat
Mekanisme kerja dari gliseril guaiakolat memiliki
aktivitas sebagai ekspektoran dengan meningkatkan volume dan mengurangi
kekentalan sputum yang terdapat di trakheadanbronki. Dapat meningkatkan reflek
batuk dan memudahkan untuk membuang sputum (Sweetman, 2009).
5. Amoxicillin
Amoxicillin merupakan antibiotik golongan penicillin
yang mekanisme kerjanya dengan jalan merusak sintesis dinding sel bakteri
(Nugroho, 2012).
BAB
V
PENUTUP
V.1 Kesimpulan
Dari praktikum kali ini, dapat
disimpulkan bahwa pembuatan kapsul menggunakan metode pengisian kapsul dengan
tangan dapat dilakukan dengan cara serbuk obat yang telah halus dan homogen,
dibagi diatas kertas perkamen sebanyak jumlah kapsul yang diminta, kemudian
tiap bagian serbuk dimasukkan satu per satu kedalam kapsul. Setelah itu kapsul
ditutup sampai berbunyi klik sebagai tanda kapsul telah tertutup dengan rapat.
Jika dilihat dari segi administratif,
resep kapsul ini kurang lengkap karena tidak terdapat tanda tangan atau paraf
dokter dan tidak dicantumkan alamat pasien. Jika dilihat dari segi farmasetiknya,
dosis dari amoxicillin mengalami overdosis, sehingga apoteker harus mengonfirmasi
kembali kepada dokter yang telah membuat resep tersebut. Dan jika dilihat dari
segi klinisnya, resep ini tidak boleh diberikan kepada pasien ibu hamil dan
menyusui.
V.2 Saran
V.2.1 Saran Asisten
Sebaiknya asisten lebih memperhatikan
praktikan saat pelaksanaan praktikum.
V.2.2 Saran Laboratorium
Sebaiknya
alat-alat di dalam laboratorium lebih diperbanyak lagi untuk mempermudah dan
mengoptimalkan kelancaran praktikum.
V.2.3 Saran Jurusan
Sebaiknya jurusan lebih mengupayakan kelengkapan alat
dalam laboratorium.
DAFTAR
PUSTAKA
Anief,
M. 1986. Ilmu Farmasi. Jakarta:
Ghalia Indonesia
Ansel, H.C. 1989. Penghantar
Bentuk Sediaan Farmasi Edisi 4. Jakarta: UI Press.
Ansel,
H.C. 2005. Pengantar Bentuk Sediaan
Farmasi. Edisi keempat. Jakarta: UI Press.
British
Pharmacopoeia. 2009. British Pharmacopoeia.
London: The British Pharmacopoeia Commission.
Champion,
M.C., et al. 1986.
Domperidone, A New Dopamine Antagonist.
Canadian Medical Association Journal
Debjit,
dkk,. 2009. Traditional and Medicinal. Journal
of Medicinal Plants Studies.
Dirjen
POM. 1979. Farmakope Indonesia Edisi
ketiga. Jakarta: Departemen Kesehatan RI.
Dirjen
POM. 1995. Farmakope
Indonesia Edisi ke-IV. Jakarta: Departemen Kesehatan RI.
Nugroho, A. 2012.
Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Intellectul capital Disclousure. Accounting Analysis journal .
Pratiwi, Sylvia T.
2008. Mikrobiologi Farmasi. Bandung:
Erlangga.
Soetopo.
2004. Ilmu Resep Teori. Jakarta: Departemen Kesehatan RI.
Syamsuni,
H.A.2006. Ilmu Resep. Jakarta: EGC.
Sweetman, S.C. 2009. Martindale 36 The Complete Drug Refeence. London: The Parmaceutical
Press.
Terimakasih kakak,,, blog yang sangat bermanfaat bagi saya.
BalasHapusSemoga suksesssss 😘😘😘😘😘
Ka 4/5 nya darimana ya
BalasHapusASSALAMUALAIKUM SAYA INGIN BERBAGI CARA SUKSES SAYA NGURUS IJAZAH saya atas nama bambang asal dari jawa timur sedikit saya ingin berbagi cerita masalah pengurusan ijazah saya yang kemarin hilang mulai dari ijazah SD sampai SMA, tapi alhamdulillah untung saja ada salah satu keluarga saya yang bekerja di salah satu dinas kabupaten di wilayah jawa timur dia memberikan petunjuk cara mengurus ijazah saya yang hilang, dia memberikan no hp BPK DR SUTANTO S.H, M.A beliau selaku kepala biro umum di kantor kemendikbud pusat jakarta nomor hp beliau 0823-5240-6469, alhamdulillah beliau betul betul bisa ngurusin masalah ijazah saya, alhamdulillah setelah saya tlp beliau di nomor hp 0823-5240-6469, saya di beri petunjuk untuk mempersiap'kan berkas yang di butuh'kan sama beliau dan hari itu juga saya langsun email berkas'nya dan saya juga langsung selesai'kan ADM'nya 50% dan sisa'nya langsun saya selesai'kan juga setelah ijazah saya sudah ke terima, alhamdulillah proses'nya sangat cepat hanya dalam 1 minggu berkas ijazah saya sudah ke terima.....alhamdulillah terima kasih kpd bpk DR SUTANTO S.H,M.A berkat bantuan bpk lamaran kerja saya sudah di terima, bagi saudara/i yang lagi bermasalah malah ijazah silah'kan hub beliau semoga beliau bisa bantu, dan ternyata juga beliau bisa bantu dengan menu di bawah ini wassalam.....
BalasHapus1. Beliau bisa membantu anda yang kesulitan :
– Ingin kuliah tapi gak ada waktu karena terbentur jam kerja
– Ijazah hilang, rusak, dicuri, kebakaran dan kecelakaan faktor lain, dll.
– Drop out takut dimarahin ortu
– IPK jelek, ingin dibagusin
– Biaya kuliah tinggi tapi ingin cepat kerja
– Ijazah ditahan perusahaan tetapi ingin pindah ke perusahaan lain
– Dll.
2. PRODUK KAMI
Semua ijazah DIPLOMA (D1,D2,D3) S/D
SARJANA (S1, S2)..
Hampir semua perguruan tinggi kami punya
data basenya.
UNIVERSITAS TARUMA NEGARA UNIVERSITAS MERCUBUANA
UNIVERSITAS GAJAH MADA UNIVERSITAS ATMA JAYA
UNIVERSITAS PANCASILA UNIVERSITAS MOETOPO
UNIVERSITAS TERBUKA UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA
UNIVERSITAS TRISAKTI UNIVERSITAS KRISTEN INDONESIA
UNIVERSITAS BUDI LIHUR ASMI
UNIVERSITAS ILMUKOMPUTER UNIVERSITAS DIPONOGORO
AKADEMI BAHASA ASING BINA SARANA INFORMATIKA
UPN VETERAN AKADEMI PARIWISATA INDONESIA
INSTITUT TEKHNOLOGI SERPONG STIE YPKP
STIE SUKABUMI YAI
ISTN STIE PERBANAS
LIA / TOEFEL STIMIK SWADHARMA
STIMIK UKRIDA
UNIVERSITAS NASIONAL UNIVERSITAS JAKARTA
UNIVERSITAS BUNG KARNO UNIVERSITAS PADJAJARAN
UNIVERSITAS BOROBUDUR UNIVERSITAS INDONESIA
UNIVERSITAS MUHAMMADYAH UNIVERSITAS BATAM
UNIVERSITAS SAHID DLL
3. DATA YANG DI BUTUHKAN
Persyaratan untuk ijazah :
1. Nama
2. Tempat & tgl lahir
3. foto ukuran 4 x 6 (bebas, rapi, dan usahakan berjas),semua data discan dan di email ke alamat email bpk sutantokemendikbud@gmail.com
4. IPK yang di inginkan
5. universitas yang di inginkan
6. Jurusan yang di inginkan
7. Tahun kelulusan yang di inginkan
8. Nama dan alamat lengkap, serta no. telphone untuk pengiriman dokumen
9. Di kirim ke alamat email: sutantokemendikbud@gmail.com berkas akan di tindak lanjuti akan setelah pembayaran 50% masuk
10. Pembayaran lewat Transfer ke Rekening MANDIRI, BNI, BRI,
11. PENGIRIMAN Dokumen Via JNE
4. Biaya – Biaya
• SD = Rp. 1.500.000
• SMP = Rp. 2.000.000
• SMA = Rp. 3.000.000
• D3 = 6.000.000
• S1 = 7.500.000(TERGANTUN UNIVERSITAS)
• S2 = 12.000.000(TERGANTUN UNIVERSITAS)
• S3 / Doktoral Rp. 24.000.000
(kampus terkenal – wajib ikut kuliah beberapa bulan)
• D3 Kebidanan / keperawatan Rp. 8.500.000
(minimal sudah pernah kuliah di jurusan tersebut hingga semester 4)
• Pindah jurusan/profesi dari Bidan/Perawat ke Dokter. Rp. 32.000.000