BAB
I
PENDAHULUAN
I.1 Latar Belakang
Farmasi adalah suatu profesi
kesehatan yang berhubungan dengan pembuatan dan distribusi dari produk yang
berkhasiat obat, ini meliputi seni dan ilmu pengetahuan dari sumber alam atau
sintetik menjadi material atau produk yang cocok dipakai untuk mencegah, dan
mendiagnosa penyakit. Dalam farmasi juga mempelajari berbagai ilmu
terapan, diantaranya adalah matematika, fisika, biologi, kimia, dan masih
banyak cabang ilmu lainnya. Ilmu yang mendasari dari farmasi yaitu farmasetika
(Anief, 2005).
Farmasetika merupakan ilmu yang
mempelajari tentang cara penyediaan obat meliputi pengumpulan, pengenalan,
pengawetan, dan pembakuan bahan obat-obatan, seni peracikan obat, serta
pembuatan sediaan farmasi menjadi bentuk tertentu hingga siap digunakan sebagai
obat, serta perkembangan obat yang meliputi ilmu dan teknologi pembuatan obat
(Syamsuni, 2006).
Obat adalah semua bahan tunggal atau campuran yang digunakan
oleh semua mahluk hidup bagian dalam maupun bagian luar, guna mencegah,
meringankan, maupun menyembuh penyakit. Secara umum menurut bentuk sediaannya,
obat terbagi atas 3 macam yaitu sediaan cair, sediaan semi padat dan sediaan
padat. Dalam
praktikum kali ini kami membuat salah satu bentuk sediaan padat yaitu
suppositoria (Ansel,
1989).
Suppositoria
adalah sediaan padat dalam berbagai bobot dalam bentuk, yang diberikan melalui
rektal,vaginal atau uretra. Bentuk dan ukurannya harus sedemikian rupa sehingga
dengan mudah dapat dimasukkan ke dalam lubang atau celah yang diingankan tanpa
menimbulkan kejanggalan dalam penggelembungan begitu masuk dan harus bertahan
untuk suatu waktu dan suhu tertentu (Dirjen POM, 1995).
Mengingat pentingnya pengetahuan
mengenai cara pembuatan sediaan suppositoria yang baik dan benar serta, apa
saja yang harus diperhatikan saat pembuatan suppositoria maka dilakukan
praktikum pembuatan suppositoria menggunakan zat aktif ketokonazol.
I.2. Maksud
dan Tujuan Praktikum
I.2.1 Maksud
Praktikum
Maksud
dari praktikum ini yaitu:
1. Dapat mengetahui dan memahami cara pembuatan sediaan suppositoria
dengan benar.
2. Dapat mengetahui hal-hal apa saja yang perlu
diperhatikan dalam pembuatan sediaan suppositoria.
I.2.2 Tujuan Praktikum
Tujuan dari praktikun ini yaitu:
1. Mahasiswa dapat
mengetahui cara pembuatan suppositoria menggunakan metode tangan dengan zat
aktif ketokonzaol.
2. Mahasiswa
dapat mengetahui hal-hal apa saja yang perlu diperhatikan dalam pembuatan
sediaan suppositoria.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
II.1 Dasar
Teori
II.1.1 Pengertian Suppositoria
Menurut Dirjen POM
(1995), suppositoria adalah sediaan padat dalam berbagai bobot dalam bentuk,
yang diberikan melalui rectal,vaginal atau uretra. Bentuk dan ukurannya harus sedemikian
rupa sehingga dengan mudah dapat dimasukkan ke dalam lubang atau celah yang
diingankan tanpa menimbulkan kejanggalan dalam penggelembungan begitu masuk dan
harus bertahan untuk suatu waktu dan suhu tertentu.
Supositoria untuk
rektum umumnya dimasukkan dengan jari tangan, tetapi untuk vagina khususnya
tablet vagina yang dibuat dengan cara kompresi dapat dimasukkan lebih jauh ke
dalam saluran vagina dengan bantuan alat khusus (Ansel, 1989).
II.1.2 Macam-Macam Suppositoria
Macam-macam
suppositoria berdasarkan tempat penggunaannya menurut Syamsuni (2006), yaitu:
1.
Suppositoria
rektal, sering disebut sebagai suppositoria saja, berbentuk peluru, digunakan
lewat rektum atau anus. Menurut FI III bobotnya antara 2-3 g, yaitu untuk
dewasa 3 g dan anak 2 g, sedangkan menurut FI IV kurang lebih 2 g.
2.
Suppositoria
vaginal (ovula), berbentuk bola lonnjong, seperti kerucut, digunakan lewat
vagina, berat antara 3-5 g, menurut FI III 3-6 g, umumnya 5 g. Menurut FI IV,
suppositoria vaginal dengan bahan dasar yang dapat larut atau dapat bercampur
dalam air seperti PEG atau gelatin tergliserinasi memiliki bobot 5 g.
3.
Suppositoria
uretra (bacilla, bougies) digunakan
lewat uretra, berbentuk batang dengan panjang antara 7-14 cm.
II.1.3 Keuntungan dan Kerugian Suppositoria
Keuntungan
penggunaan obat dalam bentuk suppositoria dibanding per oral menurut Syamsuni
(2006), yaitu:
1.
Dapat menghindari
terjadinya iritasi pada lambung.
2.
Dapat menghindari
kerusakan obat oleh enzim pencernaan dan asam lambung.
3.
Obat dapat masuk
langsung ke dalam saluran darah sehingga obat dapat berefek lebih cepat
daripada penggunaan obat per oral.
4.
Baik bagi pasien
yang mudah muntah atau tidak sadar.
Kerugian
penggunaan obat dalam bentuk suppositoria dibanding per oral menurut Lachman
(2008), yaitu:
1. Meleleh pada
udara yang panas, jika menggunakan basis oleum cacao.
2.
Dapat menjadi
tengik pada penyimpanan yang lama.
3.
Dianggap tidak
aman.
4.
Harus dalam
kondisi penyimpanan yang tepat (kering, dingin) tidak dilindungi dan cahaya,
bebas dari udara.
Dosis
yang digunakan melalui rectum mungkin lebih besar atau lebih kecil dari pada
yang dipakai secara oral.
II.1.4 Basis Suppositoria
Macam-macam
basis suppositoria antara lain adalah sebagai berikut:
a.
Basis Lemak:
1.
Lemak Coklat
Lemak coklat diperoleh dari pengepresan biji masak
tanpa bungkus dan telah disangrai dari Theobroma
cacao. Lemak coklat memiliki kontraktibilitas yang relatif rendah, sehingga
pada saat pembekuannya akan mudah melekat pada cetakannya (Voigt, 1971).
2.
Lemak Keras
Lemak keras (Adeps
solidus, Adeps neutralis) terdiri dari campuran mono-, di-, dan
trigliserida asam-asam lemak jenuh C10H21COOH. Produk
semisintesis ini didominasi oleh asam laurat warna putih, mudah patah tidak
berbau, tidak berasa dan memiliki kecenderungan yang amat rendah untuk menjadi
tengik (angka iod paling tinggi 3, angka iod untuk lemak coklat 35-39). Sifat
kontraktilitasnya tinggi sehingga pelapisan cetakan dipandang tidak perlu,
demikian pula pendinginan mendadak tidak terjadi. Pembekuan yang terlalu cepat
mengakibatkan terjadinya pembentukan celah dan kerut pada permukaan supositoria
(Voigt, 1971).
b.
Basis Yang Larut
Dengan Air
1.
Masa melebur suhu
tinggi larut air (Polietilenglikol)
Polietilenglikol merupakan polimer dari etilen oksida
dan air, dibuat bermacam-macam panjang rantainya. Bahan ini terdapat dalam
berbagai macam berat molekul dan yang paling banyak digunakan adalah PEG 200,
400, 600, 1000, 1500, 1540, 3350, 4000, dan 6000. Pemberian nomor menunjukan
berat molekul rata-rata dari masing-masing polimernya. PEG yang memiliki berat
molekul rata-rata 200, 400, dan 600 berupa cairan bening tidak berwarna dan
yang mempunyai berat molekul rata-rata lebih dari 1000 berupa lilin putih,
padat, dan kepadatannya bertambah dengan bertambahnya berat molekul (Ansel,
1989). Polietilenglikol luas penggunaannya dalam berbagai formulasi farmasetika
termasuk parenteral, topikal, ophthalmic
oral dan rektal. Polietilenglikol ini stabil dalam air dan tidak mengiritasi
kulit (Raymond, 2006).
2.
Masa elastis larut
air (Gliserol-Gelatin)
Gliserol adalah zat cair kental yang rasanya manis. Gliserol
memberikan kelenturan gel dan memperkuat perajutan perancah gel gelatin.
Konsentrasi gliserol dalam masa supositoria pada basis gelatin harus serendah
mungkin, oleh karena gliserol dalam konsentrasi tinggi aktif sebagai pencahar
(Voigt, 1971).
c.
Basis-Basis
Lainnya
Basis yang termasuk dalam kelompok ini adalah campuran
bahan bersifat seperti lemak dan larut dalam air atau bercampur dengan air atau
kombinasi dari bahan-bahan lipofilik dan hidrofilik. Beberapa diantaranya
berbentuk emulsi, umumnya dari tipe air dalam minyak atau mungkin dapat
menyebar dalam cairan berair. Polioksi 40 stearat suatu zat aktif pada
permukaan yang digunakan pada sejumlah basis supositoria dalam perdagangan dan
distearat dari polioksietilen dan glikol bebas. Panjang polimer rata-rata
sebanding dengan 40 unit oksietilen. Umumnya mempunyai titik leleh antara 390C
dan 450C (Ansel, 1989).
II.1.5 Metode Pembuatan Suppositoria
Menurut Syamsuni (2006),
metode pembuatan suppositoria yaitu:
1.
Dengan Tangan
Pembuatan
dengan tangan hanya dapat dikerjakan untuk suppositoria yang menggunakan bahan
dasar oleum cacao berskala kecil, dan jika bahan obat tidak tahan terhadap
pemanasan. Metode ini cocok untuk iklim panas.
2.
Dengan Mencetak
Hasil Leburan
Cetakan
harus dibasahi lebih dahulu dengan paraffin cair bagi yang memakai bahan dasar
gliserin-gelatin, tetapi untuk oleum cacao dan PEG tidak dibasahi karena akan
mengerut pada proses pendinginan dan mudah dilepas dari cetakan.
3.
Dengan Kompresi
Pada
metode ini, proses penuangan, pendinginan dan pelepasan suppositoria dilakukan
dengan mesin secara otomatis. Kapasitas bisa sampai 3500-6000 suppositoria/jam.
II.2 Uraian
Bahan
II.2.1 Alkohol (Dirjen POM, 1979;
Rowe et al, 2009)
Nama Resmi : AETHANOLUM.
Nama
Lain : Etanol, Alkohol,
Spiritus dilutus, Spiritus fortior, Spiritus, Ethyl alcohol, Ethyl hydroxide.
Rumus Molekul : C2H5OH.
Berat Molekul : 46,07 g/mol.
Pemerian : Cairan tak berwarna, jernih, mudah menguap dan mudah
bergerak; bau khas; rasa panas. Mudah terbakar dengan memberikan nyala biru
yang tidak berasap.
Kelarutan : Sangat
mudah larut dalam air, dalam kloroform P dan dalam eter P.
Khasiat : Antiseptik (menghentikan dan mematikan pertumbuhan
kuman), desinfektan (mensterilkan alat-alat dari mikroba).
Kegunaan : Untuk
mensterilkan alat laboratorium.
Peyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat, terlindung dari
cahaya, ditempat sejuk, jauh dari nyala api.
II.2.2 Natrium
Benzoat (Dirjen POM, 1979; Rowe et al,
2009)
Nama Resmi : NATRII BENZOAS.
Nama Lain : Natrium Benzoat.
Rumus Molekul : C7H5NaO2
Berat Molekul : 144,11 g/mol
Pemerian : Butiran atau serbuk hablur, putih, tidak
berbau atau hampir tidak berbau.
Kelarutan : Larut dalam 2 bagian air dan dalam 90 bagian
etanol (95%) P.
Khasiat : Sebagai bahan
pengawet.
Kegunaan : Zat
tambahan.
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik.
II.2.3 Ketokonazol
(Dirjen POM, 1995: Sweetman, 2009)
Nama Resmi : KETOKONAZOLUM.
Nama Lain : Ketokonazol.
Rumus Molekul : C26H28Cl2N4O4
Berat Molekul : 531,44
g/mol
Pemerian : Berupa serbuk putih, berupa abu-abu.
Kelarutan : Praktis tidak larut dalam air, larut dalam kloroform. Sedikit
larut dalam alkohol, mudah larut dalam diklorometana, larut dalam metil alkohol.
Khasiat : Antifungi (anti jamur).
Kegunaan : Zat Aktif.
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik.
II.2.4 Polietilenglikol-400
(Dirjen POM, 1979; Rowe et al, 2009)
Nama Resmi : POLYAETHYLENGLYCOLUM-400
Nama Lain : Polietilenglikol-400, Makrogol-400, Poliglikol-400
Rumus Molekul : HOCH2(CH2OCH2)mCH2OH
Rumus Struktur :
Pemerian : Cairan kental jernih, tidak berwarna atau
praktis tidak berwarna, bau khas lemah. Agak higroskopik.
Kelarutan : Larut dalam air, dalam etanol (95%), dalam
aseton, dalam glikol lain dan dalam hidrokarbon aromatik, praktis tidak larut
dalam eter dan dalam hidrokarbon alifatik.
Khasiat : Dasar salep, pelarut, Dasar supositoria.
Kegunaan :
Basis suppositoria.
Penyimpanan : Dalam
wadah tertutup rapat.
II.2.5 Polietilenglikol-4000
(Dirjen POM, 1979; Rowe et al, 2009)
Nama Resmi : POLYAETHYLENGLYCOLUM-4000
Nama Lain : Polietilenglikol-4000, Makrogol-4000, Poliglikol-4000
Rumus Molekul : HOCH2(CH2OCH2)mCH2OH
Berat Molekul : 3000-3700 g/mol
Pemerian : Serbuk licin putih atau potongan putih kuning
gading; praktis tidak berbau; tidak berasa.
Kelarutan : Mudah larut dalam air, dalam etanol (95%),
dalam kloroform; praktis tidak larut dalam eter.
Khasiat : Dasar salep, pelarut, Dasar supositoria.
Kegunaan :
Basis suppositoria.
Penyimpanan : Dalam
wadah tertutup rapat.
BAB III
METODE PRAKTIKUM
III.1 Waktu
dan Tempat Pelaksanaan Praktikum
Praktikum Suppositoria
dilaksanakan pada tanggal 12 Mei 2017 pukul 07.00-13.30 WITA. Pelaksaan
praktikum bertempat di Laboratorium Teknologi Farmasi, Jurusan Farmasi,
Fakultas Olahraga dan Kesehatan, Universitas Negeri Gorontalo.
III.2 Alat
dan Bahan
III.3 Cara
Kerja
1.
Disiapkan alat dan
bahan yang diperlukan.
2.
Dibersihkan alat yang akan digunakan
dengan menggunakan alkohol 70%.
3.
Ditimbang Ketokonazole 0,6 gr, Natrium
Benzoat 0,003 gr, PEG 400 0,37 gr, PEG 4000 11,01 gr.
4.
Dipanaskan air
menggunakan penangas air.
5.
Diletakkan cawan
porselen berisi PEG 4000 0,6 gr dan dijepit menggunakan penjepit tabung.
6.
Diaduk PEG 4000
hingga berubah menjadi cairan.
7.
Ditambahkan PEG
400 037 gr, dan diaduk hingga homogen.
8.
Ditambahkan
Natrium Benzoat 0,003 gr, diaduk hingga homogen.
9.
Ditambahkan
Ketokonazole 0,6 gr sedikit demi sedikit, diaduk hingga homogen.
10. Didinginkan hingga sediaan mulai mengental.
11. Dioleskan tangan menggunakan parafin cair.
12. Dibentuk sedian suppositoria vaginal menggunakan
tangan.
13. Dibungkus suppositoria menggunakan aluminium foil.
14. Dimasukkan suppositoria ke dalam pembungkus plastik
obat.
15. Diberi etiket biru dan dibuat salinan resep.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
IV.1 Hasil
![]() |
![]() |
IV.2 Pembahasan
Dalam percobaan kali ini, kami melakukan
pembuatan obat dalam sediaan suppositoria. Dimana menurut Syamsuni (2006),
suppositoria adalah sediaan padat dalam berbagai bobot dan bentuk, yang
diberikan melalui rektum, vagina, atau uretra yang umumnya meleleh, melunak
atau melarut pada suhu tubuh. Adapun alat dan bahan yang kami gunakan yaitu
penangas air untuk memanaskan bahan obat, cawan porselin, sebagai wadah bahan
obat, spatula lab sebagai alat untuk mengambil bahan obat dan untuk mengaduk
bahan obat saat pemanasan, dan bahan yaitu ketokonazol 200 mg, PEG 4000 75%,
PEG 400 25%, Natrium Benzoat 0,02%.
Hal pertama yang dilakukan dalam pembuatan
sediaan ini adalah disiapkan alat dan bahan serta dibersihkan alat yang
digunakan dengan alkohol 70 %. Menurut Pratiwi (2008), alkohol 70 % dapat
mempercepat proses pembersihan alat dari mikroorganisme. Kemudian ditimbang
semua bahan yaitu, ketokonazole 0,6 gr, PEG 400 11,075 gr, PEG 400 3,6725, dan
natrium benzoat 0,00306 mg/ 0,3 g.
Setelah itu dilakukan pembuatan
suppositoria. Pertama dileburkan PEG 4000 hingga meleleh, kemudian ditambahkan
PEG 400 kemudian diaduk hingga tercampur dan ditambahkan natrium benzoat. PEG
4000 dileburkan terlebih dahulu karena PEG 4000 berbentuk
serbuk licin atau potongan. Menurut Dirjen POM
(1979), natrium benzoat dalam suppositoria digunakan sebagai pengawet. Setelah
itu dimasukkan ketokonazol dan diaduk hingga merata. Kemudian didinginkan
selama beberapa menit. Untuk pembuatan suppositoria menggunakan tangan, langkah
pertama yang dilakukan yaitu campuran yang sudah didinginkan dibagi berdasarkan
jumlah sediaan yang diminta, kemudian dituangkan campuran ke tangan dan
dibentuk hingga membentuk bulat pipih. Sebelum dituangkan ke tangan, terlebih
dahulu tangan dibasahi dengan paraffin cair. Menurut Winarti (2013), fungsi
dari paraffin cair yaitu sebagai lubrikan atau sebagai pelumas agar campuran
suppositoria tidak melengket dan mengeras pada tangan. Setelah itu dibentuk
hingga membentuk bulat lonjong. Setelah terbentuk suppositoria, Menurut Winarti
(2013), wadah untuk suppositoria yaitu alumunium foil. Sama seperti perlakuan
pada tangan, wadah penyimpanan suppositoria juga dibasahi dengan paraffin cair
agar tidak melekat. Kemudian dimasukkan ke dalam wadah plastik dan disertakan
etiket serta dibuat salinan resep.
IV.3 Resep
|
IV.3.1 Narasi Resep
a.
Narasi Resep
Per Kata (Syamsuni, 2006).
R/ :
Recipe : Ambillah
ʃ : Signa : Tandai
% :
Persenta : Persen
I :
Unus :
Satu
III :
Tres :
Tiga
0,02 :
Zero punctu zero duo : Nol koma nol dua
25 :
Viginti quinque : Dua puluh lima
75 :
Septuaginta quinque : Tujuh puluh lima
200 :
Ducentum : Dua ratus
I.dd :
Unus de die : Sekali sehari
m.f :
Misce fac : Campur dan buatlah
mg :
Miligramma : Miligram
No :
Nomero : Nomor
Ovula :
Ovulae : Ovula
b.
Narasi Resep
Per Kalimat (Syamsuni, 2006).
Recipe
ketokonazole dicentum miligramma, natrium benzoat zero punctu zero duo, PEG
4000 septuaginta quinque persenta, PEG 400 viginti quinque persemta. Misce fac
ovulae nomero tres, signa unus de die unus.
Ambillah
ketokonazole dua ratus miligram, natrium benzoat nol koma nol dua, PEG 4000
tujuh puluh lima persen, PEG 400 dua puluh lima persen. Campur dan buatlah
ovula sebanyak tiga, tandai pemakaian sekali sehari satu.
IV.3.2 Kekurangan Resep
Dilihat berdasarkan skrining resep dari segi
administratif resep tersebut kurang lengkap karena tidak dicantumkan tanda
tangan dokter dan alamat pasien (subscriptio) (Syamsuni, 2006).
IV.3.3 Indikasi Resep
Ketokonazol merupakan obat untuk infeksi jamur
sistemik seperti kandidasis, blastomikosis, hitospalsmosis, kromomikosis,
kandidiasis mukokutan kronik yang tidak respontif terhadap nistatin dan obat lain
(Sirait, 2016).
IV.3.4 Interaksi
Obat
Pemberian bersama-sama dengan terfenadin dan astemizol
absorpsi ketokonazol maksimal bila diberikan pada waktu makan. Absorpsinya
terganggu kalau sekresi asam lambung berkurang, pada pasien yang diberi
obat-obat penetral asam (antasida) harus diberikan 2 jam atau lebih setelah
ketokonazol. Jika pemberian bersama dengan rifampisin dapat menurunkan
konsentrasi plasma kedua obat. Dan jika pemberian bersama dengan INH dapat
menurunkan konsentrasi plasma ketokonazol, bila kombinasi ini digunakan
konsentrasi plasma harus dimonitor (Sweetman, 2009).
IV.3.5 Penyampaian Informasi
a.
Cara pemakaian (Dirjen Bina Kefarmasian
dan Alat Kesehatan, 2008)
1.
Cucilah
tangan anda dengan air dan sabun. Jika ovula melunak, taruhlah di dalam air
dingin atau masukkan ke dalam lemari pendingin selama 30 menit supaya mengeras
kembali sebelum dibuka bungkusnya. Buka bungkus ovula.
2.
Jika
menggunakan ovula aplikator, letakkan ovula pada lubang yang terdapat pada
aplikator. Pastikan bahwa sisi ovula yang ditaruh pada aplikator adalah sisi
tumpul dari ovula.
3.
Duduklah
dengan satu tangan menopang berat tubuh anda dan tangan lainnya memegang
aplikator yang sudah dipasangi ovula. Kedua kaki ditekuk dengan posisi terbuka
untuk mempermudah penggunaan ovula.
4.
Masukkan
ujung lancip ovula dengan bantuan aplikator ke lubang vagina. Setelah aplikator
berada di dalam vagina, tekan tombol pada aplikator untuk melepaskan ovula.
5.
Jika
tidak menggunakan aplikator, masukkan ujung lancip vagina kurang lebih sedalam
telunjuk anda.
6.
Rapatkan
kedua kaki anda untuk beberapa detik. Tetaplah duduk sekitar 5 menit untuk
mencegah ovula keluar kembali.
7.
Bersihkan
aplikator dengan air hangat dan sabun, keringkan dan jagalah agar tetap bersih.
Cucilah tangan anda dengan sabun untuk membersihkan obat yang mungkin menempel.
b.
Cara penyimpanan
Untuk cara penyimpanan, obat suppositoria dengan basis
PEG disimpan di suhu ruangan biasa tanpa pendingin (Ansel, 1989).
IV.3.6 Perhitungan Bahan
1. Bobot
suppositoria = 3 x 5,1 =
15,3 g
2. Ketokonazole = 3 x 200 mg = 600 mg = 0,6 g
3. Natrium
benzoat = 0,02/100 x 15,3 = 0,3 mg
4. Basis PEG = 15,3 g – (0,6 + 0,00306)
=
14,69 gram
a. PEG
4000 = 75/100 x 14,69 = 11,075 g
b. PEG
400 = 25/100 x 14,69 = 3,6725 g
IV.3.7 Perhitungan Dosis
-
IV.4
Farmakologi
Penyerapan ketokonazol dari saluran gastrointestinal
bervariasi dan meningkat dengan penurunan pH lambung. Konsentrasi puncak plasma
rata-rata sekitar 3,5 mikrogram/ mL selama 2 jam setelah dosis oral 200 mg.
Ketokonazol lebih dari 90% terikat pada protein plasma, terutama albumin. Ini
didistribusikan secara luas dan terdapat dalam ASI. Ketokonazol dimetabolisme
di hati terhadap metabolit yang tidak aktif. Ketokonazol diekskresikan sebagai
metabolit dan obat tidak berubah pada feses dan beberapa diekskresikan dalam
urin (Sweetman, 2009).
BAB
V
PENUTUP
V.1 Kesimpulan
Dari praktikum kali ini, dapat
disimpulkan bahwa pembuatan suppositoria menggunakan metode tangan dengan zat
aktif ketokanazol dilakukan dengan cara meleburkan basis suppositoria yaitu PEG
terlebih dahulu, setelah itu ditambahkan natrium benzoat sebagai pengawet, dan
terakhir ditambahkan ketokonazol sebagai zat aktif. Untuk pembuatan suppositoria menggunakan tangan, langkah pertama
yang dilakukan yaitu campuran yang sudah didinginkan dibagi berdasarkan jumlah
sediaan yang diminta, kemudian dituangkan campuran ke tangan dan dibentuk
hingga membentuk bulat pipih.
Dalam pembuatan suppositoria
menggunakan tangan, perlu diperhatikan bahwa sebelum bahan suppositoria di
tuang diatas tangan, tangan perlu dioleskan menggunakan paraffin cair agar
bahan suppositoria tidak melekat ditangan. Selain itu, suppositoria harus
segera dibentuk agar suppositoria tidak melebur pada tangan, karena sifat
suppositoria yang melebur pada suhu tubuh.
V.2 Saran
V.2.1 Saran Untuk Asisten
Sebaiknya asisten lebih memperhatikan
praktikan saat pelaksanaan praktikum.
V.2.2 Saran Untuk Laboratorium
Sebaiknya
alat-alat di dalam laboratorium lebih diperbanyak lagi untuk mempermudah dan
mengoptimalkan kelancaran praktikum.
V.2.3 Saran Untuk Jurusan
Sebaiknya jurusan lebih mengupayakan kelengkapan alat
dalam laboratorium.
DAFTAR
PUSTAKA
Anief,
M. A. 2005. Manajemen Farmasi.
Yogyakarta: UGM Press.
Ansel,
H.C. 1989. Pengantar Bentuk sediaan
Farmasi Edisi 4. Jakarta: UI Press.
Dirjen
Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan. 2008. Materi
Pelatihan Peningkatan Pengetahuan Dan Keterampilan Memilih Obat Bagi Tenaga
Kesehatan. Jakarta: Depkes RI.
Dirjen
POM. 1979. Farmakope Indonesia Edisi
Ketiga. Jakarta: Depkes RI.
Dirjen
POM. 1995. Farmakope Indonesia Edisi
Ke-IV. Jakarta: Depkes RI.
Lachman,
L., et al. 2008. Teori dan Praktek Farmasi Industri. Jakarta: UI Press.
Pratiwi,
S.T. 2008. Mikrobiologi Farmasi.
Bandung: Erlangga.
Rowe,
R.C., et al. 2009. Handbook of Pharmaceutical Excipients 6th
edition. London: Pharmaceutical Press.
Sweetnam,
S.C. 2009. Martindale 36 th edition.
London: Pharmaceutical Press.
Syamsuni,
H. A. 2006. Ilmu Resep. Jakarta:
Penerbit Buku Kedokteran EGC.
Voigt, R. 1995. Buku Pelajaran Teknologi Farmasi. Yogyakarta: UGM Press.
Winarti,
L. 2013. Diktat Kuliah Formulasi Sediaan
Semisolid (Formulasi Salep, Krim, Gel, Pasta, dan Suppositoria). Jember:
Universitas Jember.
ASSALAMUALAIKUM SAYA INGIN BERBAGI CARA SUKSES SAYA NGURUS IJAZAH saya atas nama bambang asal dari jawa timur sedikit saya ingin berbagi cerita masalah pengurusan ijazah saya yang kemarin hilang mulai dari ijazah SD sampai SMA, tapi alhamdulillah untung saja ada salah satu keluarga saya yang bekerja di salah satu dinas kabupaten di wilayah jawa timur dia memberikan petunjuk cara mengurus ijazah saya yang hilang, dia memberikan no hp BPK DR SUTANTO S.H, M.A beliau selaku kepala biro umum di kantor kemendikbud pusat jakarta nomor hp beliau 0823-5240-6469, alhamdulillah beliau betul betul bisa ngurusin masalah ijazah saya, alhamdulillah setelah saya tlp beliau di nomor hp 0823-5240-6469, saya di beri petunjuk untuk mempersiap'kan berkas yang di butuh'kan sama beliau dan hari itu juga saya langsun email berkas'nya dan saya juga langsung selesai'kan ADM'nya 50% dan sisa'nya langsun saya selesai'kan juga setelah ijazah saya sudah ke terima, alhamdulillah proses'nya sangat cepat hanya dalam 1 minggu berkas ijazah saya sudah ke terima.....alhamdulillah terima kasih kpd bpk DR SUTANTO S.H,M.A berkat bantuan bpk lamaran kerja saya sudah di terima, bagi saudara/i yang lagi bermasalah malah ijazah silah'kan hub beliau semoga beliau bisa bantu, dan ternyata juga beliau bisa bantu dengan menu di bawah ini wassalam.....
BalasHapus1. Beliau bisa membantu anda yang kesulitan :
– Ingin kuliah tapi gak ada waktu karena terbentur jam kerja
– Ijazah hilang, rusak, dicuri, kebakaran dan kecelakaan faktor lain, dll.
– Drop out takut dimarahin ortu
– IPK jelek, ingin dibagusin
– Biaya kuliah tinggi tapi ingin cepat kerja
– Ijazah ditahan perusahaan tetapi ingin pindah ke perusahaan lain
– Dll.
2. PRODUK KAMI
Semua ijazah DIPLOMA (D1,D2,D3) S/D
SARJANA (S1, S2)..
Hampir semua perguruan tinggi kami punya
data basenya.
UNIVERSITAS TARUMA NEGARA UNIVERSITAS MERCUBUANA
UNIVERSITAS GAJAH MADA UNIVERSITAS ATMA JAYA
UNIVERSITAS PANCASILA UNIVERSITAS MOETOPO
UNIVERSITAS TERBUKA UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA
UNIVERSITAS TRISAKTI UNIVERSITAS KRISTEN INDONESIA
UNIVERSITAS BUDI LIHUR ASMI
UNIVERSITAS ILMUKOMPUTER UNIVERSITAS DIPONOGORO
AKADEMI BAHASA ASING BINA SARANA INFORMATIKA
UPN VETERAN AKADEMI PARIWISATA INDONESIA
INSTITUT TEKHNOLOGI SERPONG STIE YPKP
STIE SUKABUMI YAI
ISTN STIE PERBANAS
LIA / TOEFEL STIMIK SWADHARMA
STIMIK UKRIDA
UNIVERSITAS NASIONAL UNIVERSITAS JAKARTA
UNIVERSITAS BUNG KARNO UNIVERSITAS PADJAJARAN
UNIVERSITAS BOROBUDUR UNIVERSITAS INDONESIA
UNIVERSITAS MUHAMMADYAH UNIVERSITAS BATAM
UNIVERSITAS SAHID DLL
3. DATA YANG DI BUTUHKAN
Persyaratan untuk ijazah :
1. Nama
2. Tempat & tgl lahir
3. foto ukuran 4 x 6 (bebas, rapi, dan usahakan berjas),semua data discan dan di email ke alamat email bpk sutantokemendikbud@gmail.com
4. IPK yang di inginkan
5. universitas yang di inginkan
6. Jurusan yang di inginkan
7. Tahun kelulusan yang di inginkan
8. Nama dan alamat lengkap, serta no. telphone untuk pengiriman dokumen
9. Di kirim ke alamat email: sutantokemendikbud@gmail.com berkas akan di tindak lanjuti akan setelah pembayaran 50% masuk
10. Pembayaran lewat Transfer ke Rekening MANDIRI, BNI, BRI,
11. PENGIRIMAN Dokumen Via JNE
4. Biaya – Biaya
• SD = Rp. 1.500.000
• SMP = Rp. 2.000.000
• SMA = Rp. 3.000.000
• D3 = 6.000.000
• S1 = 7.500.000(TERGANTUN UNIVERSITAS)
• S2 = 12.000.000(TERGANTUN UNIVERSITAS)
• S3 / Doktoral Rp. 24.000.000
(kampus terkenal – wajib ikut kuliah beberapa bulan)
• D3 Kebidanan / keperawatan Rp. 8.500.000
(minimal sudah pernah kuliah di jurusan tersebut hingga semester 4)
• Pindah jurusan/profesi dari Bidan/Perawat ke Dokter. Rp. 32.000.000