BAB
I
PENDAHULUAN
I.1 Latar Belakang
Farmasi adalah suatu
profesi kesehatan yang berhubungan dengan pembuatan dan distribusi dari produk
yang berkhasiat obat, ini meliputi seni dan ilmu pengetahuan dari sumber alam
atau sintetik menjadi material atau produk yang cocok dipakai untuk mencegah, dan
mendiagnosa penyakit (Anief, 2005: 1).
Beberapa cabang ilmu
farmasi yaitu farmasetika, teknologi farmasi, farmakologi, farmakologi klinis,
farmakognosi, biofarmasi, farmasi fisika, farmakokinetika, farmakodinamika,
farmakoterapi, kimia farmasi, biologi farmasi, toksikologi, farmakoekonomi, dan
lain-lain.
Salah
satu cabang ilmu farmasi, yaitu farmasetika dasar. Farmasetika merupakan ilmu yang mempelajari tentang cara penyediaan obat
meliputi pengumpulan, pengenalan, pengawetan, dan pembakuan bahan obat-obatan,
seni peracikan obat, serta pembuatan sediaan farmasi menjadi bentuk tertentu
hingga siap digunakan sebagai obat, serta perkembangan obat yang meliputi ilmu
dan teknologi pembuatan obat dalam bentuk sediaan yang dapat digunakan dan
diberikan kepada pasien (Syamsuni, 2006: 1).
Ada berbagai jenis sediaan farmasi yang
digunakan untuk diberikan kepada pasien. Beberapa diantaranya adalah serbuk,
salep, supositoria, tablet, kapsul, emulsi, eliksir, dan masih banyak lagi.
Pada praktikum kali ini, dilakukan pembuatan sediaan
eliksir dan sirup. Mengingat pentingnya pengetahuan mengenai cara pembuatan
sediaan emulsi yang baik dan benar serta, hal-hal yang harus diperhatikan saat
pembuatan emulsi maka, dilakukan praktikum mengenai cara pembuatan sediaan emulsi
dengan zat aktif Asethaminopen sebagai analgesik antipiretik (pereda nyeri dan
penurun panas)serta bahan tambahan seperti Gliserolum sebagai pelarut,
Propilenglikol sebagai zat tambahan untuk membantu kelarutan, Sirup Simplex
sebagai pemanis, Aethanolum 90% sebagai penstabil komponen eliksir, dan Aqua
Destilata sebagai pembantu kelarutan.
I.2 Manfaat dan Tujuan
I.2.1 Manfaat
Adapun manfaat dari praktikum ini yaitu mahasiswa
dapat mengetahui cara skrining resep sesuai ketentuan administratif, farmasetik,
dan klinis, dapat mengetahui pencampuran bahan pada sediaan eliksir, dan dapat
mengetahui keuntungan dan kerugian sediaan eliksir.
I.2.2 Tujuan
Dari
praktikum kali ini praktikan diharapkan:
1.
Mahasiswa mampu mengetahui dan memahami
sediaan eliksir.
2.
Mahasiswa mampu mengetahui cara penggunaan
sediaan eliksir secara oral.
3.
Mahasiswa mampu mengetahui dan memahami
penyimpanan sediaan eliksir.
4.
Mahasiswa mampu mengetahui dan memahami
cara pembuatan sediaan eliksir.
I.3 Prinsip Kerja
Prinsip dasar dari percobaan eliksir ini yaitu
menggunakan metode trituration dimana pencampuran dilakukan dalam lumpang dan
alu, menggunakan zat aktif acetaminophenum sebagai analgesik antipiretik,
gliserolum sebagai pelarut, propilenglikol sebagai zat tambahan untuk membantu
kelarutan, sirup simplex sebagai pemanis, aethanolum 90% sebagai penstabil
komponen eliksir, dan aqua destilata sebagai pembantu kelarutan.
BAB
II
TINJAUAN
PUSTAKA
II.1 Dasar Teori
II.1.1 Pengertian
Eliksir
Larutan adalah sediaan cair yang mengandung satu
jenis obat atau lebih dalam pelarut air suling kecuali dinyatakan lain,
dimaksud untuk digunakan sebagai obat dalam, obat luar atau untuk dimaksukkan
ke dalam rongga tubuh. Beberapa contoh sediaan larutan adalah sirup dan eliksir
(Anief, 1993: 126).
Eliksir adalah
larutan oral yang mengandung etanol 90% yang berfungsi sebagai kosolven
(pelarut) dan untuk mempertinggi kelarutan obat. Kadar etanol berkisar antara
3% dan 4% dan biasanya eliksir mengandung etanol 5-10% (Syamsuni, 2006: 118).
Menurut
Sulistyowati (2010: 7), eliksir adalah suatu larutan alkoholis dan diberi
pemanis, mengandung obat dan diberi bahan pembau. Sedangkan, menurut Dirjen POM
(1978: 313), eliksir adalah sediaan berupa larutan yang mempunyai rasa dan bau
sedap, mengandung selain obat, juga zat tambahan seperti gula atau zat pemanis
lainnya, zat pengawet, zat warna, dan zat wewangi, digunakan untuk obat dalam.
Eliksir adalah larutan hidroalkohol yang jernih dan manis
dimaksudkan untuk penggunaan vital dan biasanya diberi rasa untuk menambah
kelezatan. Eliksir bukan obat yang digunakan sebagai pembawa tetapi eliksir
obat untuk efek terapi dari senyawa obat yang dikandungnya (Ansel, 2008: 341).
Eliksir
merupakan sediaan yang hidroalkohol maka dapat menjaga obat baik yang larut
dalam air etanol dalam larutan eliksir. Kadar etanol berkisar antara 3% sampai
44% dan biasanya eliksir mengandung etanol 5-10% (Anief, 1993: 128).
II.1.2 Pembagian Eliksir
Menurut Ansel (1989: 344), pembagian eliksir yaitu:
a.
Eliksir bukan obat
Eliksir bukan obat dapat digunakan untuk ahli farmasi
dalam pembuatan resep yang dibuat segar, yang meliputi: penambahan zat-zat obat
untuk pembawa yang memberi rasa enak dan pengencer eliksir obat yang ada.
Pada tahun-tahun yang lalu, waktu ahli farmasi diminta
lebih sering meracik resep daripada sekarang, ada tiga eliksir bukan obat yang
biasa digunakan yaitu: eliksir
aromatik, eliksir benzaldehid campuran, dan eliksir iso-alkohol.
b. Eliksir obat
Eliksir obat digunakan untuk keuntungan pengobatan dari
zat obat yang ada. Umunya, eliksir-eliksir resmi yang ada diperdagangan
mengandung zat obat tunggal. Keutungan utama dari hanya satu obat tunggal yang
terkandung, bahwa dosis yang diperlukan dapat dinaikkan atau diturunkan dengan
meminum eliksir lebih banyak atau kurang, padahal bila dua atau lebih zat obat
ada dalam sediaan yang sama, tidak mungkin meningkatkan atau menurunkan kadar
suatu zat obat yang diminum tanpa secara otomatis dan kebersamaan mengatur
dosis obat lain yang ada perubahan yang mungkin tidak diinginkan.
II.1.3 Pembuatan Eliksir
Menurut Anief (2010: 99), cara
pembuatan larutan secara umum adalah sebagai berikut:
1.
Zat-zat yang mudah larut, dilarutkan dalam
botol.
2.
Zat-zat yang agak sukar larut, dilarutkan
dengan pemanasan.
3.
Untuk zat yang akan terbentuk hidrat, maka
air dimasukkan dulu dalam erlenmeyer agar tidak terbentuk senyawa hidrat yang
lebih lambat larutnya.
4.
Untuk zat yang meleleh dalam air panas dan
merupakan tetesan besar dalam dasar erlenmeyer atau botol maka perlu melarutkan
digoyang-goyangkan atau dikocok untuk mempercepat larutnya zat tersebut.
5.
Zat-zat yang mudah terurai pada pemanasan
tidak boleh dilarutkan dengan pemanasan atau dilarutkan secara dingin.
6.
Zat-zat yang mudah menguap dipanas,
dilarutkan dalam botol tertutup dipanaskan serendah-rendahnya sambil
digoyang-goyangkan.
7.
Obat-obat keras harus dilarutkan
tersendiri untuk meyakini apakah sudah larut semua. Dapat dilakukan dalam
tabung reaksi, kemudian dibilas.
8.
Perlu diperhatikan bahwa pemanasan hanya
untuk mempercepat larutnya suatu zat, tidak untuk menambah kelarutan. Sebab,
bila keadaan dingin akan terjadi endapan.
Eliksir biasanya dibuat dengan larutan sederhana
dengan pengocokan dan atau pencampuran dua atau lebih bahan-bahan cair.
Komponen yang larut dalam etanol dan air umumnya dilarutkan terpisah dalam
alkohol dan air yang dimurnikan berturut-turut kemudian larutan air ditambahkan
kelarutan alkohol dan sebaliknya, untuk mempertahankan alkohol yang setinggi
mungkin selamanya. Bila dua larutan selesai dicampur, campuran dibuat volume
dengan pelarut atau pembawa tertentu (Ansel, 1989: 343).
II.1.4 Keuntungan dan Kerugian Eliksir
Keuntungan dan kerugian eliksir
menurut Santosa (2014: 3), yaitu:
a.
Keuntungan
1.
Mudah ditelan dibanding tablet dan kapsul.
2.
Rasanya enak.
3.
Dosis yang diperlukan dapat dilakukan
perubahan sesuai keinginan dokter atau kebutuhan pasien apabila eliksir hanya
mengandung satu zat tunggal.
b.
Kekurangan
1.
Alkohol kurang baik untuk kesehatan anak
karena mengandung bahan yang mudah menguap, maka harus disimpan dalam botol
tertutup dan jauh dari sumber api.
2.
Dibandingkan dengan sirup, eliksir
biasanya kurang manis dan kental karena mengandung gula lebih sedikit, maka kurang
efektif untuk menutupi rasa obat yang kurang menyenangkan.
II.1.5 Wadah dan Penyimpanan Eliksir
Wadah diperdagangkan sering
mengandung alat pengukur yang telah dikalibrasi seperti tetesan atau sendok,
untuk mempermudah orang tua untuk menggunakan dengan tepat sesuai berat, umur,
dan kondisi pasien. Karena eliksir mengandung alkohol dan biasanya juga
mengandung beberapa minyak mudah menguap yang rusak oleh adanya udara dan
sinar, maka paling baik disimpan dalam wadah-wadah tertutup rapat, tahan cahaya
untuk menjaga terhadap temperatur berlebihan (Ansel, 1989: 342-343).
II.1.6 Ketidakstabilan Eliksir
Menurut Lachman et al (1986: 944), ketidakstabilan
eliksir yaitu:
1.
Biasanya bersifat voluminous (sangat
besar) pada saat disimpan, sehingga perlu dikemas pada wadah yang sesuai.
2.
Untuk mencegah kristalisasi gula pada
leher botol karena sirup simpleks, maka ditambahkan sorbitol, gliserin, atau
propilenglikol.
3.
Untuk zat aktif yang mudah teroksidasi
dapa ditambahkan anti oksidan.
II.2 Uraian
Bahan
II.2.1 Acetaminophenum
(Dirjen POM, 1979: 37; IAI, 2013: 1)
Nama
resmi : ACETAMINOPHENUM
Nama lain : Asetaminofen,
Paracetamol
Rumus molekul : C8H9NO2
Berat molekul : 151,16 g/mol
Pemerian : Hablur
atau serbuk hablur putih; tidak berbau; rasa pahit.
Kelarutan : Larut
dalam 70 bagian air, dalam 7 bagian etanol
(95%) P; dalam 13 bagian aseton P,
dalam 40 bagian gliserol P dan dalam
9 bagian propilenglikol P; larut
dalam larutan alkali hidroksida.
Khasiat : Analgetikum
(pereda nyeri) dan Antipiretikum (penurun panas).
Kegunaan : Zat
aktif.
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup
baik, terlindung dari cahaya.
II.2.2
Aethanolum (Dirjen POM,
1979: 65; Rowe et al, 2009: 17; IAI,
2013: 93, 259).
Nama Resmi : AETHANOLUM
Nama Lain : Etanol,
Alkohol, Ethyl Alcohol
Rumus
Molekul : C2H5OH
Berat
Molekul : 46,07 g/mol
Pemerian : Cairan
tak berwarna, jernih, mudah menguap dan
mudah bergerak; bau khas; rasa panas. Mudah terbakar dengan memberikan
nyala biru yang tidak berasap.
Kelarutan : Sangat
mudah larut dalam air, dalam kloroform P dan dalam eter P.
Khasiat : Antimikroba
(membunuh mikrobakterium), desinfektan (membasmi kuman penyakit).
Kegunaan : Pensteril
alat laboratorium, pelarut, dan penstabil komponen eliksir.
Peyimpanan : Dalam
wadah tertutup rapat, terlindung dari cahaya, ditempat sejuk, jauh dari nyala
api.
II.2.3 Aqua Destilata (Dirjen
POM, 1979: 96; Rowe et al, 2009: 766)
Nama resmi : AQUA DESTILLATA
Nama lain : Air suling
Rumus Molekul : H2O
Berat Molekul : 18,02 g/mol
H – O – H
|
Pemerian : Cairan jernih, tidak berwarna, tidak mempunyai
rasa, tidak berbau.
Khasiat :
Pelarut.
Kegunaan :
Zat tambahan
Penyimpanan : Dalam
wadah tertutup baik.
II.2.4 Gliserol
(Dirjen POM, 1979: 271; Rowe, 2009: 283)
Nama
resmi : GLYCEROLUM
Nama lain : Glicerol,
Glycerine, Glycerolum.
Rumus molekul : C3H8O3
Berat molekul : 92,10 g/mol
Pemerian : Cairan
seperti sirup; jernih, tidak berwarna; tidak berbau; manis diikuti rasa hangat.
Higroskopik. Jika disimpan beberapa lama pada suhu rendah dapat memadat
membentuk massa hablur tidak berwarna yang tidak melebur hingga suhu mencapai
lebih kurang 200.
Kelarutan : Dapat
campur dengan air, dengan etanol (95%)
P,67565 praktis tidak larut dalam kloroform P, dalam eter P dan dalam minyak lemak.
Khasiat : Pelarut.
Kegunaan : Membantu
meningkatkan kelarutan.
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup
baik.
II.2.5 Methyl Paraben (Dirjen
POM, 1995: 551; Rowe et al, 2009: 442; IAI, 2013: 93)
Nama
resmi : METHYLIS PARABENUM
Nama
lain :
Metil paraben
Rumus
molekul : C8H8O3
Pemerian : Hablur kecil, tidak
berwarna atau serbuk hablur putih, tidak berbau atau berbau khas lemah,
mempunyai sedikit rasa terbakar.
Kelarutan : Sukar larut dalam air, dalam benzene, dan dalam karbon
tetraklorida. Mudah larut dalam etanol dan eter.
Khasiat : Antimikroba (membunuh mikrobakterium).
Kegunaan : Zat tambahan dan pengawet.
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik.
II.2.6 Minyak Apel (Sweetman, 2009: 2338)
Nama resmi : MALIC OIL.
Nama lain : Acidum malicum, apple oil, minyak oil.
Rumus molekul : C4H6O5.
Berat molekul : 134,1 g/mol.
Rumus struktur :
|
Pemerian : Cairan, tidak berwarna atau kehijauan, bau menyerupai apel, rasa
khas.
Kelarutan : Sangat larut dalam air, mudah larut dalam alkohol.
Khasiat : Pengaroma dan pemberi rasa.
Kegunaan : Zat pemanis dan zat pewangi.
Penyimpanan : Dalam
wadah tertutup baik.
II.2.7 Propilenglikol (Dirjen
POM, 1979: 534; Rowe et al, 2009: 594;
IAI, 2013: 93)
Nama
resmi : PROPYLENGLYCOLUM
Nama
lain :
Propilenglikol
Rumus
molekul : C3H802
Berat molekul : 76,10 g/mol
Pemerian : Cairan kental, jernih, tidak berwarna, tidak berbau, rasa agak
manis, dan higroskopis.
Kelarutan : Dapat bercampur dengan air, dengan etanol (95%) P dan dengan
kloroform P, larut dalam 6 bagian eter P, tidak dapat campur dengan eter minyak
tanah P dan dengan minyak lemak.
Khasiat : Antimikroba (menghambat atau membunuh
mikroorganisme) dan desinfektan (membunuh kuman penyebab penyakit).
Kegunaan : Zat tambahan dan pelarut.
Penyimpanan : Dalam
wadah tertutup baik.
II.2.8 Sakarosa (Dirjen POM,
1995: 762; Rowe et al, 2009: 703)
Nama
resmi : SUCROSUM
Nama
lain :
Sakarosa
Rumus
molekul : C12H22O11
Berat molekul : 342,30 g/mol
Pemerian : Hablur putih atau tidak berwarna, massa hablur atau berbentuk
kubus, atau serbuk hablur putih, tidak berbau, rasa manis, stabil di udara.
Larutannya netral terhadap lakmus.
Kelarutan : Sangat mudah larut dalam air, lebih mudah larut dalam air
mendidih, sukar larut dalam etanol, tidak larut dalam kloroform dan eter.
Khasiat : Meningkatkan viskositas.
Kegunaan : Zat tambahan.
Penyimpanan : Dalam
wadah tertutup baik.
BAB
III
METODE
PRAKTIKUM
III.1 Waktu dan Tanggal
Praktikum Farmasetika dasar percobaan emulsi dilaksanakan
pada hari Jumat tanggal 5 Mei 2017, pada pukul 07.00 WITA sampai dengan 12.00
WITA, bertempat di Laboratorium Teknologi Farmasi, Jurusan Farmasi, Fakultas
Olahraga dan Kesehatan, Universitas Negeri Gorontalo.
III.2
Alat dan bahan
III.2.1 Alat
1. Batang Pengaduk
2. Botol Coklat
3. Cawan Porselin
4. Gelas
Kimia
5. Gelas Ukur
6. Kaca Arloji
7. Lap Halus
8. Lap
Kasar
9. Lumpang dan Alu
10. Neraca Analitik
11. Penangas Air
12. Pipet Tetes
13. Spatula
14. Sudip
III.2.2 Bahan
1. Acetaminophenum
2. Alkohol 70%
3. Alkohol 90%
4. Aqua destilata
5. Copy
Resep
6. Etiket
7. Glicerolum
8. Metil
Paraben
9. Minyak
apel
10. Propilenglikol
11. Sukrosa
12. Tisu
III.3 Cara
Kerja
III.3.1 Pembuatan
Sirup Simplex
1.
Disiapkan alat dan
bahan yang akan digunakan.
2.
Dibersihkan alat
menggunakan Alkohol 70%.
3.
Dipanaskan air 15
ml menggunakan penangas air.
4.
Ditimbang metil
paraben sebanyak 0,0375 gr dimasukkan kedalam air yang telah dipanaskan, diaduk
hingga larut.
5.
Ditimbang sukrosa
sebanyak 9,75 gr, dimasukkan kedalam metil paraben yang telah larut, sedikit
demi sedikit hingga homogen.
6.
Diaduk hingga
mendidih.
7.
Didinginkan selama
beberapa menit.
8.
Dituang dalam
wadah dan ditutup dengan aluminium foil.
III.3.2 Kalibrasi
botol
1.
Disiapkan botol
yang akan digunakan
2.
Diambil gelas
ukur, kemudian diukur air sebanyak 60 ml dan
dimasukkan ke dalam botol.
3.
Diberi tanda pada
batas 60 ml.
4. Dituang air yang berada dalam botol.
III.3.3 Pengenceran
Alkohol 95% Menjadi Alkohol 90%
1. Disiapkan alat dan bahan.
2. Dibersihkan alat-alat dengan alkohol 70 %.
3. Dibuat perhitungan pengenceran alkohol menggunakan
rumus:
N1 x V1 = N2 x V2
95% x V1 = 90% x 10
ml
0,95 x V1 = 9
ml/0,95
V1 = 9,47
ml
Jadi, yang harus diambil dari alkohol 95% adalah
sebanyak 9,47 ml.
Aqua destilata =
10 ml – 9,47 ml = 0,53 ml
4. Diambil alkohol sebanyak 9,4 ml menggunakan gelas
ukur.
5. Ditambahkan aqua destilata sebanyak 0,53 ml sampai 10
ml.
6. Diaduk hingga homogen dan ditutup menggunakan aluminum
foil.
III.3.3 Pembuatan
Eliksir
1.
Disiapkan alat dan
bahan yang akan digunakan.
2.
Dibersihkan alat
menggunakan Alkohol 70%.
3.
Ditimbang
acethaminophenum sebanyak 1,44 gr, dimasukkan ke dalam lumpang, dan digerus
hingga halus.
4.
Diukur
propilenglikol sebanyak 6 ml, dimasukkan ke dalam lumpang dan digerus hingga
homogen.
5.
Diukur glycerolum
sebanyak 6 ml, dimasukkan ke dalam gelas kimia.
6.
Diukur 30 ml alkohol
90%, dimasukkan ke dalam gelas kimia dan diaduk hingga homogen.
7.
Dimasukkan
campuran alkohol 90% dan glycerolum ke dalam lumpang yang berisi
acetaminophenum dan propilenglikol, diaduk hingga homogen.
8.
Diukur sirup
simpleks 15 ml, dimasukkan ke dalam lumpang dan diaduk hingga homogen.
9.
Diukur aqua
destilata 1,56 ml, dimasukkan ke dalam lumpang dan diaduk hingga homogen.
10. Dipindahkan ke dalam gelas kimia.
11. Dimasukkan ke dalam botol 60 ml yang telah
dikalibrasi.
12. Ditambahkan aqua destilata hingga mencapai tanda
kalibrasi.
13. Diberi etiket dan dibuat salinan resep.
BAB
IV
HASIL
DAN PEMBAHASAN
IV.1 Hasil
Sediaan
Eliksir
|
IV.2 Pembahasan
Pada praktikum ini, dilakukan pembuatan sediaan
eliksir. Menurut Syamsuni (2006: 103), eliksir adalah larutan oral yang
mengandung etanol 90% yang berfungsi sebagai kosolven (pelarut) dan untuk
mempertinggi kelarutan. Kadar etanol berkisar antara 3% dan 4%, dan biasanya
mengandung etanol 5-10%. Bahan-bahan yang digunakan, antara lain
acetaminophenum, alkohol 90%, glycerolum, propilenglikol, sirup simpleks, dan
aqua destilata. Zat aktif dalam sediaan yang telah dibuat pada praktikum ini
adalah acetaminophenum. Adapun zat tambahan pada resep ini adalah sirup simpleks
sebagai pemanis dan peningkat viskositas, alkohol 90% sebagai peningkat
kelarutan, minyak apel sebagai pengaroma dan perasa, serta propilenglikol dan
glyserolum sebagai pelarut. Khasiat dari acetaminophenum menurut IAI (2016: 37)
adalah meringankan rasa sakit dan menurunkan demam. Sedangkan propilenglikol dan
gliserolum menurut Anief (2004: 97)
adalah bahan pelarut organik. Sirup simpleks dapat menambah rasa pada
larutan ini, alkohol 90% adalah bahan untuk menambah kelarutan eliksir (Syamsuni,
2006: 103).
Adapun langkah pertama yang dilakukan adalah
membersihkan alat-alat yang digunakan dengan alkohol 70% agar terbebas dari
mikroorganisme. Karena menurut Rowe et al (2009: 17), alkohol 70% memiliki
khasiat sebagai antibakteri
Langkah selanjutnya, dibuat sirup simpleks menggunakan
sukrosa, metil paraben, dan air. Langkah pertama yang dilakukan adalah memanaskan
air sebanyak 100 ml. Setelah air panas, dilarutkan metil paraben sebanyak 0,37
g. Fungsi dari metil paraben yaitu sebagai pengawet dan antimikroba. Setelah
metil paraben larut, kemudian sukrosa sebanyak 97 g ditambahkan dan dipanaskan
hingga larut. Adapun alasan melarutkan metil paraben terlebih dahulu menurut
Dirjen POM (1979: 378), karena metil paraben lebih mudah larut dalam air
dibandingkan dengan sukrosa. Sedangkan alasan digunakannya metil paraben dan
sukrosa dalam pembuatan sirup simpleks ini, karena menurut Ansel (1989: 346),
sirup simpleks adalah sirup yang terdiri dari 65 bagian sukrosa, 35 bagian air,
dan 0,25% metil paraben.
n1v1 = n2v2
|
(n merupakan konsentrasi dan v adalah
volume). Dengan menggunakan rumus sebelumnya, diketahui bahwa alkohol yang
diperlukan sebanyak 9,47 mL dan air ditambahkan hingga volumenya mencapai 10 mL
untuk memenuhi permintaan dalam resep. Dimasukkan alkohol yang telah diukur ke dalam
gelas kimia kemudian ditambahkan air hingga volumenya mencapai 10 mL. Diaduk
hingga homogen dan ditutup menggunakan aluminium foil.
Kemudian, sebelum
dibuat eliksir yang dilakukan terlebih dahulu adalah mengkalibrasi botol dengan
cara, diukur air sebanyak 60 ml, kemudian air dimasukkan ke dalam botol. Ditandai
batas 60 ml pada botol dan dituang air yang berada dalam botol.
Selanjutnya, ditimbang acetaminophenum 1,44 g,
glycerolum 30 mL, propilenglikol 6 mL menggunakan neraca analitik. Kemudian,
diukur alkohol 6 mL dan aqua destilata 1,56 mL menggunakan gelas ukur. Setelah itu,
dimasukkan acetaminophenum ke dalam lumpang dan digerus. Selanjuthya,
ditambahkan propilenglikol lalu digerus hingga homogen. Propilenglikol
dicampurkan terlebih dahulu, karena menurut Dirjen POM (1979: 37),
acetaminophenum mudah larut di dalam propilenglikol dan agak sukar larut dalam
glycerolum. Glycerolum ditambahkan untuk meningkatkan kelarutan seperti yang
dikatakan Rowe (2009: 283) bahwa, glycerolum berfungsi sebagai kosolven
(pelarut). Digerus hingga homogen. Setelah semua bahan tercampur secara
homogen, dimasukkan aethanolum 90% 6 mL dan diaduk hingga homogen. Menurut Rowe
et al (2009: 17) untuk menambah kelarutan eliksir. Setelah itu ditambahkan sirup
simpleks 15 mL karena, menurut Anief (1993: 128) sirup simpleks dapat menambah
kekentalan serta memberi rasa pada sediaan eliksir. Kemudian ditambahkan aquadestilata
1,56 mL. Diaduk kembali hingga homogen.
Langkah selanjutnya, eliksir dipindahkan ke dalam
gelas kimia dan dimasukkan ke dalam botol 60 ml. Botol yang digunakan untuk
menyimpan sediaan eliksir adalah botol coklat. Karena di dalam sediaan ini
terdapat acetaminophenum dan alkohol menurut Dirjen POM (1979: 37 dan 65),
bahan-bahan ini harus disimpan di dalam wadah yang terlindung dari cahaya, maka
digunakan botol coklat untuk mencegah rusaknya sediaan akibat teroksidasi
(Ansel, 1989: 389). Kemudian diberi etiket dan label. Obat ini diminum tiga
kali sehari 1 sendok teh, setiap 8 jam tiap pagi, siang, dan malam sebelum
makan. Pada label harus tertera tanda kocok dahulu sebelum diminum, karena
menurut Ansel (1989: 345), eliksir mengandung partikel yang sukar larut di
dalamnya sehingga perlu dilakukan pengocokan agar partikel-partikel tersebut
tersebar merata pada sediaan.
Kemungkinan kesalahan pada praktikum ini yaitu,
bahan-bahan yang digunakan tidak mencapai banyaknya bahan yang diminta dalam
resep. Hal ini dikarenakan kesalahn praktikan saat menimbang dan mengukur bahan
yang akan digunakan serta adanya bahan-bahan yang masih menempel pada pori-pori
mortir.
|
dr. Saleh Tangahu, Sp. Pd
SIK : 09/FM/GTO/003
JL. Kancil Tengah NO. 214
Telp. 0435-890079
No: 05 Gorontalo 5-05-17
R/ Acetaminophenum 120 mg
Glycerolium 25 ml
propilenglikol 500 µl
Sirup
simpleks 25 mg
Aethanolium
90% 500 µl
Minyak Apel q.s
Aquadestilata ad 5
ml
m.f. Elixira da in fl 60 ml No. I
ʃ t.d.d cth 1 a.c
Pro : Icha
Umur : 5 tahun
|
IV.3.1 Narasi Resep
a.
Narasi resep per kata (Syamsuni, 2006:
xiv-xxvii).
% :
persenta :
Persen
R/ :
recipe : Ambillah
ʃ :
signa : Tandai
I :
unus :
Satu
¼ : pars quarta : Seperempat
1/3 : pars
triginta : Sepertiga
1 : unus :
Satu
1,25 : unus punchtu duo quinqua : Satu koma dua lima
2,5 : duo puncthu quinqui : Dua koma lima
5 : quinque :
Lima
25 :
viginti quinque :
Dua puluh lima
120 : centum viginti : Seratus dua puluh
125 :
centum viqinti quinque : Seratus dua puluh lima
250 : ducenti quinquaginta :
Dua ratus lima puluh
500 : quingenti : Lima ratus
Aetal : aetal : Umur
Cth : cochlear thea : Sendok teh
da in : da in :
Dalam
fl : flacon :
Botol
m.f :
misce fac : Campur dan buatlah
No. :
numero : Sebanyak
pro :
pro :
Untuk
q.s :
quantum satis : Banyaknya secukupnya
tdd :
ter de die : Tiga kali sehari
b.
Narasi perkalimat bahasa latin
Recipe
Acetaminophenum centum viginti ml, Glycerolium viqinti
quinque milli litra, Propilenglikol quingenti mikro litra, sirup simpleks viqinti
quinque milli grama, Alkohol 90%
quingenti mikro litra,
citric oil quantum satis, aquadestilata ad quinque milli litra. Misce fac elixira
da in
flacon numero unus.
Signa ter
de die cochlear thea unus ante coenam. Pro Icha aetal quinque annos.
c.
Narasi perkalimat bahasa Indonesia
Ambillah
Asetaminophen sebanyak seratus dua puluh mili gram, glycerolium
dua puluh lima mili liter, propilenglikol lima ratus mikro liter, sirup simpleks
dua puluh lima mili gram, alkohol 90% lima ratus mikro liter, aquadestilata tambahkan
sebanyak lima mili liter. Campur dan buatlah eliksir dan dimasukan ke dalam botol sebanyak 1. Tandai pemakaian tiga kali sehari satu sendok teh
sebelum makan. Untuk Icha umur 5 tahun.
IV.3.2 Indikasi Obat
Berdasarkan
zat aktif yang digunakan yaitu acetaminophen, maka dapat diketahui bawa obat ini merupakan obat yang digunakan sebagai pereda nyeri ringan sampai sedang dan juga sebagai pereda demam
(IAI, 2016: 37).
IV.3.3 Interaksi Obat
a.
Acetaminophen
Parasetamol
berinteraksi dengan tubuh untuk meredakan nyeri dan menurunkan demam dengan
cara menurunkan prostaglandin dan menghambat
kerja CO pada sistem syaraf pusat (Sukandar, 2013: 67).
b.
Aethanolum
Alkohol
90% bereaksi dengan air yang terkandung dalam sediaan eliksir untuk membunuh
mikroorganisme di dalam air. Karena menurut Ansel (1989: 89), air adalah tempat
perkembiakan yang cocok untuk mikroorganisme.
c.
Glycerolum
Glycerolum
bereaksi dengan parasemol untuk melarutkan partikel padat parasetamol (Dirjen POM,
1979: 37).
d.
Propilenglikol
Propilenglikol
bereaksi dengan parasemol untuk melarutkan partikel padat parasetamol (Dirjen
POM, 1979: 37)
e.
Sirup Simpleks
Sirup
simpleks bereaksi dengan sediaan eliksir sehingga dapat membantu untuk
memberikan rasa yang manis dan membantu untuk memberikan sedikit kekentalan pada sediaan eliksir Anief (1993:
128).
IV.3.4 Informasi Obat
a. Cara
penyimpanan
Menurut Dirjen POM (1979:
37), sebaiknya obat ini disimpan dalam wadah tertutup rapat, yang artinya wadah
tersebut dapat melindungi isinya terhadap masuknya bahan padat, karena sediaan
ini merupakan sediaan eliksir. Selain itu, obat ini sebaiknya disimpan pada
tempat yang terlindung dari cahaya, karena obat ini mengandung asetaminofen
yang tak dapat terkena paparan cahaya matahari.
b.
Cara pemakaian
Resep ini merupakan sediaan untuk pemakaian dalam.
Obat ini diminum 3 kali sehari atau setiap 8 jam sekali. Menurut Sukandar
(2013: 66), obat ini hanya diminum jika sakit saja, jangan mengkonsumsi obat
ini jika telah sembuh.
c. Informasi
Obat
Obat ini merupakan
bentuk sediaan eliksir dengan zat aktif acetaminophenum. Menurut (IAI, 2016:
37), zat aktif ini digunakan untuk mengatasi panas dan nyeri. Diminum tiga kali sehari menggunakan sendok
the atau 5 mL sebelum makan. Obat ini diminum setiap 8 jam sekali atau pagi,
siang, dan malam.
IV.3.5 Perhitungan
1. Perhitungan
bahan
a.
Acetaminophenum = 120/5 x 60 = 1440
mg =1,44 gr
b.
Glycerolum =
2,5/5 x 60 = 30 ml
c.
Propilenglikol = 0,5/5 x 60 =
6 ml
d.
Sirup simpleks = 15 ml
Sukrosa = 65/100 x 15 = 9,75 gr
Metil
Paraben = 0,25/100 x 15 = 0,0375 gr
Aqua
detilata = 35/100 x 15 = 5,25 gr
e.
Ethanolum 90% = 0,5/100 x 60 = 6
ml
f.
Aquadestilata = 60- (1,44 + 30 + 6 + 15 + 6) = 1,56 ml
2.
Perhitungan dosis acetaminophenum
a.
Dosis lazim sehari (500 mg – 2 gr) (Dirjen
POM, 1979: 959)
Dosis
Lazim Sehari = 5/17 x (0,5
gr – 2 gr)
=
0,14 gr - 0,58 gr
Dosis
Sehari = 120 mg x
3
=
360 mg
=
0,36 gr
Jadi, dari perhitungan dosis diatas,
dosis lazim sehari adalah 0,14 gr – 0,58 gr dan dosis sehari adalah 0,36 gr.
Dapat disimpulkan bahwa dosis asetaminofen pada resep ini masuk dalam range
dosis lazim.
IV.4 Farmakologi Acetaminophenum (Gunawan, 2007:
54).
a.
Absorbsi
Paracetamol diabsorbsi cepat dan
sempurna melalui saluran cerna. Konsentrasi tertinggi dalam plasma dicapai
dalam waktu 1/2 jam dan masa paruh plasma antara 1-3 jam.
b.
Distribusi
Paracetamol
terdistribusi dengan cepat pada hampir seluruh jaringan tubuh. Lebih kurang 25%
paracetamol dalam darah terukat pada protein plasma.
c. Metabolisme
Metabolisme
terjadi di hati oleh cytochrome P-450 terutama oleh isoenzim 2E1 (CYP 2E1)
reaksi dengan CYP 2E1 ini mengoksidasi parasetamol menjadi metabolitnya yaitu N-acetyl-pbenzoquinimine
(NAPQI).
d. Ekskresi
Diekskresikan dalam urine (2-5%
unchanged, 55% sebagai metabolit
glukorronida, 30% sebagai metabolit sulfat).
BAB V
PENUTUP
V.1 Kesimpulan
1.
Eliksir adalah sediaan berupa larutan yang
mempunyai rasa dan bau yang sedap, selain obat mengandung juga zat tambahan
seperti gula atau zat pemanis lain, zat warna, zat pewangi, dan zat pengawet
yang digunakan sebagai obat oral.
2. Sediaan eliksir digunakan secara oral.
Kandungan etanol dari sediaan ini berkisar antara 3% dan 4% dan biasanya
eliksir mengandung etanol 5-10% agar penggunaannya aman. Untuk mengurangi kadar
etanol yang dibutuhkan untuk pelarut, dapat ditambahkan kosolven lain seperti
gliserin, sorbitol, dan propilen glikol.
3. Sediaan eliksir disimpan dalam kemasan yang
tertutup rapat agar menghindari masuknya partikel atau zat padat serta zat cair
dari luar wadah agar tidak masuk.
4. Pembuatan eliksir dilakukan menggunakan
lumpang dan alu dimana bahan atau zat aktif dimasukkan, kemudian untuk membantu
kelarutan ditambahkan pelarut dan pelarut campur (kosolven) serta untuk rasa
ditambahkan pemanis seperti sirup simplex.
V.2 Saran
V.2.1 Jurusan
Sebaiknya jurusan menyediakan anggaran demi kebutuhan
laboratorium agar praktikum berjalan
lebih maksimal.
V.2.2 Laboratorium
Sebaiknya laboratorium menyediakan sarana dan prasana
terutama pada ketersediaan alat dan bahan agar praktikum berjalan efisien.
V.2.3 Asisten
Sebaiknya asisten agar lebih memperhatikan dalam
penjelasannya yang lebih simpel kepada praktikannya.
V.2.4 Praktikan
Sebaiknya praktikan agar lebih
memperhatikan penjelasan asisten sehingga dapat menambah pengetahuan.
LAMPIRAN-LAMPIRAN
Lampiran
1
Diagram Alir
a.
Pembuatan Sirup Simpleks
Metil
Paraben, Sukrosa, Air
|
-
Dipanaskan air sebanyak 18 ml.
-
Dimasukkan 0,0375 gr metil paraben.
-
Diaduk hingga larut.
-
Ditambahkan 9,47 gr sukrosa, sedikit demi
sedikit.
-
Diaduk sampai mendidih.
-
Didinginkan dan ditutup menggunakan
aluminium foil
Sirup
Simpleks
|
b.
Kalibrasi Botol
Botol
|
-
Diukur 60 ml air
-
Dimasukkan ke dalam botol.
-
Diberi tanda pada batas 60 ml.
-
Dibuang air dalam botol
Botol
Kalibrasi
|
c.
Pengenceran Alkohol 95%
Alkohol
95%
|
-
Dibuat perhitungan pengenceran.
-
Diukur alkohol 95% sebanyak 9,47 ml
menggunakan gelas ukur
-
Ditambahkan
aquadestilata hingga 10 ml
-
Diaduk hingga homogen dan ditutup
menggunakan aluminium foil.
Alkohol
90%
|
d.
Acetaminophen,
glyceroum, propilenglikol, sirup simpleks, aethanolum 90%, minyak apel,
aqua destilata
|
-
Ditimbang acetaminophenum 1,44 gr.
-
Dimasukkan ke dalam lumpang.
-
Diukur propilenglikol 6 ml.
-
Dimasukkan ke dalam lumpang dan digerus
hingga merata.
-
Diukur glycerolum sebanyak 30 ml dan 6 ml alkohol
90%.
-
Dimasukkan ke dalam gelas kimia dan diaduk
hingga homogen.
-
Dicampurkan ke dalam campuran
acetaminophen dan propilenglikol dan paraffin cair.
-
Diaduk hingga homogen.
-
Diukur 15 ml sirup simpleks.
-
Dimasukkan ke dalam lumpang. Diaduk hingga
homogen
-
Diukur aqua destilata sebanyak 1,56 ml.
-
Dimasukkan ke dalam lumpang, diaduk hingga
homogen.
-
Dipindahkan ke dalam gelas kimia.
-
Dimasukkan ke dalam botol.
-
Ditambahkan aqua destilata sampai tanda
kalibrasi.
Eliksir
|
Daftar pustakanya mana kak
BalasHapus