Rabu, 11 Oktober 2017

LAPORAN FARDAS ELIKSIR

BAB I
PENDAHULUAN
I.1        Latar Belakang
Farmasi adalah suatu profesi kesehatan yang berhubungan dengan pembuatan dan distribusi dari produk yang berkhasiat obat, ini meliputi seni dan ilmu pengetahuan dari sumber alam atau sintetik menjadi material atau produk yang cocok dipakai untuk mencegah, dan mendiagnosa penyakit (Anief, 2005: 1).
Beberapa cabang ilmu farmasi yaitu farmasetika, teknologi farmasi, farmakologi, farmakologi klinis, farmakognosi, biofarmasi, farmasi fisika, farmakokinetika, farmakodinamika, farmakoterapi, kimia farmasi, biologi farmasi, toksikologi, farmakoekonomi, dan lain-lain.
Salah satu cabang ilmu farmasi, yaitu farmasetika dasar. Farmasetika merupakan ilmu yang mempelajari tentang cara penyediaan obat meliputi pengumpulan, pengenalan, pengawetan, dan pembakuan bahan obat-obatan, seni peracikan obat, serta pembuatan sediaan farmasi menjadi bentuk tertentu hingga siap digunakan sebagai obat, serta perkembangan obat yang meliputi ilmu dan teknologi pembuatan obat dalam bentuk sediaan yang dapat digunakan dan diberikan kepada pasien (Syamsuni, 2006: 1).
Ada berbagai jenis sediaan farmasi yang digunakan untuk diberikan kepada pasien. Beberapa diantaranya adalah serbuk, salep, supositoria, tablet, kapsul, emulsi, eliksir, dan masih banyak lagi.
Pada praktikum kali ini, dilakukan pembuatan sediaan eliksir dan sirup. Mengingat pentingnya pengetahuan mengenai cara pembuatan sediaan emulsi yang baik dan benar serta, hal-hal yang harus diperhatikan saat pembuatan emulsi maka, dilakukan praktikum mengenai cara pembuatan sediaan emulsi dengan zat aktif Asethaminopen sebagai analgesik antipiretik (pereda nyeri dan penurun panas)serta bahan tambahan seperti Gliserolum sebagai pelarut, Propilenglikol sebagai zat tambahan untuk membantu kelarutan, Sirup Simplex sebagai pemanis, Aethanolum 90% sebagai penstabil komponen eliksir, dan Aqua Destilata sebagai pembantu kelarutan.
I.2        Manfaat dan Tujuan
I.2.1     Manfaat
Adapun manfaat dari praktikum ini yaitu mahasiswa dapat mengetahui cara skrining resep sesuai ketentuan administratif, farmasetik, dan klinis, dapat mengetahui pencampuran bahan pada sediaan eliksir, dan dapat mengetahui keuntungan dan kerugian sediaan eliksir.
I.2.2     Tujuan
Dari praktikum kali ini praktikan diharapkan:
1.        Mahasiswa mampu mengetahui dan memahami sediaan eliksir.
2.        Mahasiswa mampu mengetahui cara penggunaan sediaan eliksir secara oral.
3.        Mahasiswa mampu mengetahui dan memahami penyimpanan sediaan eliksir.
4.        Mahasiswa mampu mengetahui dan memahami cara pembuatan sediaan eliksir.
I.3        Prinsip Kerja

Prinsip dasar dari percobaan eliksir ini yaitu menggunakan metode trituration dimana pencampuran dilakukan dalam lumpang dan alu, menggunakan zat aktif acetaminophenum sebagai analgesik antipiretik, gliserolum sebagai pelarut, propilenglikol sebagai zat tambahan untuk membantu kelarutan, sirup simplex sebagai pemanis, aethanolum 90% sebagai penstabil komponen eliksir, dan aqua destilata sebagai pembantu kelarutan.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
II.1      Dasar Teori
II.1.1   Pengertian Eliksir
                  Larutan adalah sediaan cair yang mengandung satu jenis obat atau lebih dalam pelarut air suling kecuali dinyatakan lain, dimaksud untuk digunakan sebagai obat dalam, obat luar atau untuk dimaksukkan ke dalam rongga tubuh. Beberapa contoh sediaan larutan adalah sirup dan eliksir (Anief, 1993: 126).
                  Eliksir adalah larutan oral yang mengandung etanol 90% yang berfungsi sebagai kosolven (pelarut) dan untuk mempertinggi kelarutan obat. Kadar etanol berkisar antara 3% dan 4% dan biasanya eliksir mengandung etanol 5-10% (Syamsuni, 2006: 118).
      Menurut Sulistyowati (2010: 7), eliksir adalah suatu larutan alkoholis dan diberi pemanis, mengandung obat dan diberi bahan pembau. Sedangkan, menurut Dirjen POM (1978: 313), eliksir adalah sediaan berupa larutan yang mempunyai rasa dan bau sedap, mengandung selain obat, juga zat tambahan seperti gula atau zat pemanis lainnya, zat pengawet, zat warna, dan zat wewangi, digunakan untuk obat dalam.
Eliksir adalah larutan hidroalkohol yang jernih dan manis dimaksudkan untuk penggunaan vital dan biasanya diberi rasa untuk menambah kelezatan. Eliksir bukan obat yang digunakan sebagai pembawa tetapi eliksir obat untuk efek terapi dari senyawa obat yang dikandungnya (Ansel, 2008: 341).
      Eliksir merupakan sediaan yang hidroalkohol maka dapat menjaga obat baik yang larut dalam air etanol dalam larutan eliksir. Kadar etanol berkisar antara 3% sampai 44% dan biasanya eliksir mengandung etanol 5-10% (Anief, 1993: 128).

II.1.2   Pembagian Eliksir
Menurut Ansel (1989: 344), pembagian eliksir yaitu:
a.       Eliksir bukan obat
Eliksir bukan obat dapat digunakan untuk ahli farmasi dalam pembuatan resep yang dibuat segar, yang meliputi: penambahan zat-zat obat untuk pembawa yang memberi rasa enak dan pengencer eliksir obat yang ada.
Pada tahun-tahun yang lalu, waktu ahli farmasi diminta lebih sering meracik resep daripada sekarang, ada tiga eliksir bukan obat yang biasa digunakan yaitu: eliksir aromatik, eliksir benzaldehid campuran, dan eliksir iso-alkohol.
b.      Eliksir obat
Eliksir obat digunakan untuk keuntungan pengobatan dari zat obat yang ada. Umunya, eliksir-eliksir resmi yang ada diperdagangan mengandung zat obat tunggal. Keutungan utama dari hanya satu obat tunggal yang terkandung, bahwa dosis yang diperlukan dapat dinaikkan atau diturunkan dengan meminum eliksir lebih banyak atau kurang, padahal bila dua atau lebih zat obat ada dalam sediaan yang sama, tidak mungkin meningkatkan atau menurunkan kadar suatu zat obat yang diminum tanpa secara otomatis dan kebersamaan mengatur dosis obat lain yang ada perubahan yang mungkin tidak diinginkan.
II.1.3   Pembuatan Eliksir
Menurut Anief (2010: 99), cara pembuatan larutan secara umum adalah sebagai berikut:
1.      Zat-zat yang mudah larut, dilarutkan dalam botol.
2.      Zat-zat yang agak sukar larut, dilarutkan dengan pemanasan.
3.      Untuk zat yang akan terbentuk hidrat, maka air dimasukkan dulu dalam erlenmeyer agar tidak terbentuk senyawa hidrat yang lebih lambat larutnya.
4.      Untuk zat yang meleleh dalam air panas dan merupakan tetesan besar dalam dasar erlenmeyer atau botol maka perlu melarutkan digoyang-goyangkan atau dikocok untuk mempercepat larutnya zat tersebut.
5.      Zat-zat yang mudah terurai pada pemanasan tidak boleh dilarutkan dengan pemanasan atau dilarutkan secara dingin.
6.      Zat-zat yang mudah menguap dipanas, dilarutkan dalam botol tertutup dipanaskan serendah-rendahnya sambil digoyang-goyangkan.
7.      Obat-obat keras harus dilarutkan tersendiri untuk meyakini apakah sudah larut semua. Dapat dilakukan dalam tabung reaksi, kemudian dibilas.
8.      Perlu diperhatikan bahwa pemanasan hanya untuk mempercepat larutnya suatu zat, tidak untuk menambah kelarutan. Sebab, bila keadaan dingin akan terjadi endapan.
Eliksir biasanya dibuat dengan larutan sederhana dengan pengocokan dan atau pencampuran dua atau lebih bahan-bahan cair. Komponen yang larut dalam etanol dan air umumnya dilarutkan terpisah dalam alkohol dan air yang dimurnikan berturut-turut kemudian larutan air ditambahkan kelarutan alkohol dan sebaliknya, untuk mempertahankan alkohol yang setinggi mungkin selamanya. Bila dua larutan selesai dicampur, campuran dibuat volume dengan pelarut atau pembawa tertentu (Ansel, 1989: 343).
II.1.4   Keuntungan dan Kerugian Eliksir
Keuntungan dan kerugian eliksir menurut Santosa (2014: 3), yaitu:
a.       Keuntungan
1.      Mudah ditelan dibanding tablet dan kapsul.
2.      Rasanya enak.
3.      Dosis yang diperlukan dapat dilakukan perubahan sesuai keinginan dokter atau kebutuhan pasien apabila eliksir hanya mengandung satu zat tunggal.
b.      Kekurangan
1.      Alkohol kurang baik untuk kesehatan anak karena mengandung bahan yang mudah menguap, maka harus disimpan dalam botol tertutup dan jauh dari sumber api.
2.      Dibandingkan dengan sirup, eliksir biasanya kurang manis dan kental karena mengandung gula lebih sedikit, maka kurang efektif untuk menutupi rasa obat yang kurang menyenangkan.
II.1.5   Wadah dan Penyimpanan Eliksir
Wadah diperdagangkan sering mengandung alat pengukur yang telah dikalibrasi seperti tetesan atau sendok, untuk mempermudah orang tua untuk menggunakan dengan tepat sesuai berat, umur, dan kondisi pasien. Karena eliksir mengandung alkohol dan biasanya juga mengandung beberapa minyak mudah menguap yang rusak oleh adanya udara dan sinar, maka paling baik disimpan dalam wadah-wadah tertutup rapat, tahan cahaya untuk menjaga terhadap temperatur berlebihan (Ansel, 1989: 342-343).
II.1.6   Ketidakstabilan Eliksir
                  Menurut Lachman et al (1986: 944), ketidakstabilan eliksir yaitu:
1.      Biasanya bersifat voluminous (sangat besar) pada saat disimpan, sehingga perlu dikemas pada wadah yang sesuai.
2.      Untuk mencegah kristalisasi gula pada leher botol karena sirup simpleks, maka ditambahkan sorbitol, gliserin, atau propilenglikol.
3.      Untuk zat aktif yang mudah teroksidasi dapa ditambahkan anti oksidan.
II.2      Uraian Bahan
II.2.1   Acetaminophenum (Dirjen POM, 1979: 37; IAI, 2013: 1)
            Nama resmi                 :   ACETAMINOPHENUM
            Nama lain                    :   Asetaminofen, Paracetamol
            Rumus molekul           :   C8H9NO2
            Berat molekul             :   151,16 g/mol
            Rumus Struktur          :  
          



            Pemerian                     :   Hablur atau serbuk hablur putih; tidak berbau; rasa pahit.
            Kelarutan                    :  Larut dalam 70 bagian air, dalam 7 bagian etanol (95%) P; dalam 13 bagian aseton P, dalam 40 bagian gliserol P dan dalam 9 bagian propilenglikol P; larut dalam larutan alkali hidroksida.
            Khasiat                        :  Analgetikum (pereda nyeri) dan Antipiretikum (penurun panas).
            Kegunaan                    : Zat aktif.
            Penyimpanan               : Dalam wadah tertutup baik, terlindung dari cahaya.
II.2.2   Aethanolum (Dirjen POM, 1979: 65; Rowe et al, 2009: 17; IAI, 2013: 93, 259).
 Nama Resmi               :   AETHANOLUM
 Nama Lain                  :   Etanol, Alkohol, Ethyl Alcohol
Rumus Molekul          :   C2H5OH
Berat Molekul             :   46,07 g/mol
Rumus struktur           :                      



 Pemerian                     Cairan tak berwarna, jernih, mudah menguap dan  mudah bergerak; bau khas; rasa panas. Mudah terbakar dengan memberikan nyala biru yang tidak berasap.
 Kelarutan                    :  Sangat mudah larut dalam air, dalam kloroform P dan dalam eter P.
 Khasiat                        :  Antimikroba (membunuh mikrobakterium), desinfektan (membasmi kuman penyakit).
 Kegunaan                    :  Pensteril alat laboratorium, pelarut, dan penstabil komponen eliksir.
 Peyimpanan                 Dalam wadah tertutup rapat, terlindung dari cahaya, ditempat sejuk, jauh dari nyala api.

II.2.3   Aqua Destilata (Dirjen POM, 1979: 96; Rowe et al, 2009: 766)
            Nama resmi                 :   AQUA DESTILLATA
            Nama lain                    :   Air suling
            Rumus Molekul          :   H2O
            Berat Molekul             :   18,02 g/mol

H – O – H
            Rumus struktur           :

            Pemerian                     :  Cairan jernih, tidak berwarna, tidak mempunyai rasa, tidak berbau.
            Khasiat                        :   Pelarut.
            Kegunaan                    :   Zat tambahan
            Penyimpanan              :   Dalam wadah tertutup baik.
II.2.4   Gliserol (Dirjen POM, 1979: 271; Rowe, 2009: 283)
            Nama resmi                 :   GLYCEROLUM
            Nama lain                    :   Glicerol, Glycerine, Glycerolum.
            Rumus molekul           :   C­3H8O3
            Berat molekul             :   92,10 g/mol
            Rumus Struktur          :  
          


            Pemerian                     :   Cairan seperti sirup; jernih, tidak berwarna; tidak berbau; manis diikuti rasa hangat. Higroskopik. Jika disimpan beberapa lama pada suhu rendah dapat memadat membentuk massa hablur tidak berwarna yang tidak melebur hingga suhu mencapai lebih kurang 200.
            Kelarutan                    :  Dapat campur dengan air, dengan etanol (95%) P,67565 praktis tidak larut dalam kloroform P, dalam eter P dan dalam minyak lemak.
            Khasiat                        :  Pelarut.
            Kegunaan                    :  Membantu meningkatkan kelarutan.
            Penyimpanan               : Dalam wadah tertutup baik.
II.2.5   Methyl Paraben (Dirjen POM, 1995: 551; Rowe et al, 2009: 442; IAI, 2013: 93)
            Nama resmi                 :   METHYLIS PARABENUM
            Nama lain                    :   Metil paraben
            Rumus molekul           :   C8H8O3
            Berat molekul             :   152,15 g/mol
            Rumus struktur           :  




            Pemerian                     : Hablur kecil, tidak berwarna atau serbuk hablur putih, tidak berbau atau berbau khas lemah, mempunyai sedikit rasa terbakar.        
            Kelarutan                    :   Sukar larut dalam air, dalam benzene, dan dalam karbon tetraklorida. Mudah larut dalam etanol dan eter.
            Khasiat                        :   Antimikroba (membunuh mikrobakterium).
            Kegunaan                    :   Zat tambahan dan pengawet.
            Penyimpanan               : Dalam wadah tertutup baik.
II.2.6   Minyak Apel (Sweetman, 2009: 2338)
            Nama resmi                 :  MALIC OIL.
            Nama lain                    :  Acidum malicum, apple oil, minyak oil.
            Rumus molekul           :  C4H6O5.
            Berat molekul              :  134,1 g/mol.

            Rumus struktur           : 


 


            Pemerian                     :  Cairan, tidak berwarna atau kehijauan, bau menyerupai apel, rasa khas.
            Kelarutan                    :  Sangat larut dalam air, mudah larut dalam alkohol.
            Khasiat                        :  Pengaroma dan pemberi rasa.
            Kegunaan                    :  Zat pemanis dan zat pewangi.
            Penyimpanan               :  Dalam wadah tertutup baik.
II.2.7  Propilenglikol (Dirjen POM, 1979: 534; Rowe et al, 2009: 594; IAI, 2013: 93)
            Nama resmi                 :   PROPYLENGLYCOLUM
            Nama lain                    :   Propilenglikol
            Rumus molekul           :   C3H802
            Berat molekul             :   76,10 g/mol
            Rumus struktur           :




            Pemerian                     :   Cairan kental, jernih, tidak berwarna, tidak berbau, rasa agak manis, dan higroskopis.
            Kelarutan                    :   Dapat bercampur dengan air, dengan etanol (95%) P dan dengan kloroform P, larut dalam 6 bagian eter P, tidak dapat campur dengan eter minyak tanah P dan dengan minyak lemak.
            Khasiat                        :   Antimikroba (menghambat atau membunuh mikroorganisme) dan desinfektan (membunuh kuman penyebab penyakit).
            Kegunaan                    :   Zat tambahan dan pelarut.
            Penyimpanan              :   Dalam wadah tertutup baik.
II.2.8  Sakarosa (Dirjen POM, 1995: 762; Rowe et al, 2009: 703)
            Nama resmi                 :   SUCROSUM
            Nama lain                    :   Sakarosa
            Rumus molekul           :   C12H22O11
            Berat molekul             :   342,30 g/mol
            Rumus struktur           :









            Pemerian                     :   Hablur putih atau tidak berwarna, massa hablur atau berbentuk kubus, atau serbuk hablur putih, tidak berbau, rasa manis, stabil di udara. Larutannya netral terhadap lakmus.
            Kelarutan                    :   Sangat mudah larut dalam air, lebih mudah larut dalam air mendidih, sukar larut dalam etanol, tidak larut dalam kloroform dan eter.
            Khasiat                        :   Meningkatkan viskositas.
            Kegunaan                    :   Zat tambahan.
            Penyimpanan              :   Dalam wadah tertutup baik.

BAB III
METODE PRAKTIKUM
III.1  Waktu dan Tanggal
Praktikum Farmasetika dasar percobaan emulsi dilaksanakan pada hari Jumat tanggal 5 Mei 2017, pada pukul 07.00 WITA sampai dengan 12.00 WITA, bertempat di Laboratorium Teknologi Farmasi, Jurusan Farmasi, Fakultas Olahraga dan Kesehatan, Universitas Negeri Gorontalo.
III.2 Alat dan bahan
III.2.1  Alat
1.      Batang Pengaduk
2.      Botol Coklat
3.      Cawan Porselin
4.      Gelas Kimia
5.      Gelas Ukur
6.      Kaca Arloji
7.      Lap Halus
8.      Lap Kasar
9.      Lumpang dan Alu
10.  Neraca Analitik
11.  Penangas Air
12.  Pipet Tetes
13.  Spatula
14.  Sudip
III.2.2  Bahan
1.      Acetaminophenum
2.      Alkohol 70%
3.      Alkohol 90%
4.      Aqua destilata
5.      Copy Resep
6.      Etiket
7.      Glicerolum
8.      Metil Paraben
9.      Minyak apel
10.  Propilenglikol
11.  Sukrosa
12.  Tisu
III.3     Cara Kerja
III.3.1  Pembuatan Sirup Simplex                  
1.      Disiapkan alat dan bahan yang akan digunakan.
2.      Dibersihkan alat menggunakan Alkohol 70%.
3.      Dipanaskan air 15 ml menggunakan penangas air.
4.      Ditimbang metil paraben sebanyak 0,0375 gr dimasukkan kedalam air yang telah dipanaskan, diaduk hingga larut.
5.      Ditimbang sukrosa sebanyak 9,75 gr, dimasukkan kedalam metil paraben yang telah larut, sedikit demi sedikit hingga homogen.
6.      Diaduk hingga mendidih.
7.      Didinginkan selama beberapa menit.
8.      Dituang dalam wadah dan ditutup dengan aluminium foil.        
III.3.2  Kalibrasi botol
1.      Disiapkan botol yang akan digunakan
2.      Diambil gelas ukur, kemudian diukur air sebanyak 60 ml dan dimasukkan ke dalam botol.
3.      Diberi tanda pada batas 60 ml.
4.      Dituang air yang berada dalam botol.
III.3.3  Pengenceran Alkohol 95% Menjadi Alkohol 90%
1.      Disiapkan alat dan bahan.
2.      Dibersihkan alat-alat dengan alkohol 70 %.
3.      Dibuat perhitungan pengenceran alkohol menggunakan rumus:
N1              x          V1        =       N2              x          V2
95%        x          V1        =       90%        x          10 ml
0,95        x          V1          =          9 ml/0,95
                           V1        =       9,47 ml
Jadi, yang harus diambil dari alkohol 95% adalah sebanyak 9,47 ml.
Aqua destilata    = 10 ml – 9,47 ml        = 0,53 ml
4.      Diambil alkohol sebanyak 9,4 ml menggunakan gelas ukur.
5.      Ditambahkan aqua destilata sebanyak 0,53 ml sampai 10 ml.
6.      Diaduk hingga homogen dan ditutup menggunakan aluminum foil.
III.3.3  Pembuatan Eliksir
1.      Disiapkan alat dan bahan yang akan digunakan.
2.      Dibersihkan alat menggunakan Alkohol 70%.
3.      Ditimbang acethaminophenum sebanyak 1,44 gr, dimasukkan ke dalam lumpang, dan digerus hingga halus.
4.      Diukur propilenglikol sebanyak 6 ml, dimasukkan ke dalam lumpang dan digerus hingga homogen.
5.      Diukur glycerolum sebanyak 6 ml, dimasukkan ke dalam gelas kimia.
6.      Diukur 30 ml alkohol 90%, dimasukkan ke dalam gelas kimia dan diaduk hingga homogen.
7.      Dimasukkan campuran alkohol 90% dan glycerolum ke dalam lumpang yang berisi acetaminophenum dan propilenglikol, diaduk hingga homogen.
8.      Diukur sirup simpleks 15 ml, dimasukkan ke dalam lumpang dan diaduk hingga homogen.
9.      Diukur aqua destilata 1,56 ml, dimasukkan ke dalam lumpang dan diaduk hingga homogen.
10.  Dipindahkan ke dalam gelas kimia.
11.  Dimasukkan ke dalam botol 60 ml yang telah dikalibrasi.
12.  Ditambahkan aqua destilata hingga mencapai tanda kalibrasi.
13.  Diberi etiket dan dibuat salinan resep.

BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
IV.1    Hasil
Sediaan Eliksir
IV.2    Pembahasan
Pada praktikum ini, dilakukan pembuatan sediaan eliksir. Menurut Syamsuni (2006: 103), eliksir adalah larutan oral yang mengandung etanol 90% yang berfungsi sebagai kosolven (pelarut) dan untuk mempertinggi kelarutan. Kadar etanol berkisar antara 3% dan 4%, dan biasanya mengandung etanol 5-10%. Bahan-bahan yang digunakan, antara lain acetaminophenum, alkohol 90%, glycerolum, propilenglikol, sirup simpleks, dan aqua destilata. Zat aktif dalam sediaan yang telah dibuat pada praktikum ini adalah acetaminophenum. Adapun zat tambahan pada resep ini adalah sirup simpleks sebagai pemanis dan peningkat viskositas, alkohol 90% sebagai peningkat kelarutan, minyak apel sebagai pengaroma dan perasa, serta propilenglikol dan glyserolum sebagai pelarut. Khasiat dari acetaminophenum menurut IAI (2016: 37) adalah meringankan rasa sakit dan menurunkan demam. Sedangkan propilenglikol dan gliserolum menurut Anief (2004: 97)  adalah bahan pelarut organik. Sirup simpleks dapat menambah rasa pada larutan ini, alkohol 90% adalah bahan untuk menambah kelarutan eliksir (Syamsuni, 2006: 103).
Adapun langkah pertama yang dilakukan adalah membersihkan alat-alat yang digunakan dengan alkohol 70% agar terbebas dari mikroorganisme. Karena menurut Rowe et al (2009: 17), alkohol 70% memiliki khasiat sebagai antibakteri
Langkah selanjutnya, dibuat sirup simpleks menggunakan sukrosa, metil paraben, dan air. Langkah pertama yang dilakukan adalah memanaskan air sebanyak 100 ml. Setelah air panas, dilarutkan metil paraben sebanyak 0,37 g. Fungsi dari metil paraben yaitu sebagai pengawet dan antimikroba. Setelah metil paraben larut, kemudian sukrosa sebanyak 97 g ditambahkan dan dipanaskan hingga larut. Adapun alasan melarutkan metil paraben terlebih dahulu menurut Dirjen POM (1979: 378), karena metil paraben lebih mudah larut dalam air dibandingkan dengan sukrosa. Sedangkan alasan digunakannya metil paraben dan sukrosa dalam pembuatan sirup simpleks ini, karena menurut Ansel (1989: 346), sirup simpleks adalah sirup yang terdiri dari 65 bagian sukrosa, 35 bagian air, dan 0,25% metil paraben.

n1v1 = n2v2

Langkah selanjutnya, dilakukan pengenceran alkohol. Hal ini dilakukan karena kosentrasi yang tersedia adalah 95% sementara yang diinginkan dalam resep yaitu 90%. Untuk menghitung banyaknya bahan yang akan digunakan, dihitung menggunakan rumus:

(n merupakan konsentrasi dan v adalah volume). Dengan menggunakan rumus sebelumnya, diketahui bahwa alkohol yang diperlukan sebanyak 9,47 mL dan air ditambahkan hingga volumenya mencapai 10 mL untuk memenuhi permintaan dalam resep. Dimasukkan alkohol yang telah diukur ke dalam gelas kimia kemudian ditambahkan air hingga volumenya mencapai 10 mL. Diaduk hingga homogen dan ditutup menggunakan aluminium foil.
Kemudian, sebelum dibuat eliksir yang dilakukan terlebih dahulu adalah mengkalibrasi botol dengan cara, diukur air sebanyak 60 ml, kemudian air dimasukkan ke dalam botol. Ditandai batas 60 ml pada botol dan dituang air yang berada dalam botol.
Selanjutnya, ditimbang acetaminophenum 1,44 g, glycerolum 30 mL, propilenglikol 6 mL menggunakan neraca analitik. Kemudian, diukur alkohol 6 mL dan aqua destilata 1,56 mL menggunakan gelas ukur. Setelah itu, dimasukkan acetaminophenum ke dalam lumpang dan digerus. Selanjuthya, ditambahkan propilenglikol lalu digerus hingga homogen. Propilenglikol dicampurkan terlebih dahulu, karena menurut Dirjen POM (1979: 37), acetaminophenum mudah larut di dalam propilenglikol dan agak sukar larut dalam glycerolum. Glycerolum ditambahkan untuk meningkatkan kelarutan seperti yang dikatakan Rowe (2009: 283) bahwa, glycerolum berfungsi sebagai kosolven (pelarut). Digerus hingga homogen. Setelah semua bahan tercampur secara homogen, dimasukkan aethanolum 90% 6 mL dan diaduk hingga homogen. Menurut Rowe et al (2009: 17) untuk menambah kelarutan eliksir. Setelah itu ditambahkan sirup simpleks 15 mL karena, menurut Anief (1993: 128) sirup simpleks dapat menambah kekentalan serta memberi rasa pada sediaan eliksir. Kemudian ditambahkan aquadestilata 1,56 mL. Diaduk kembali hingga homogen.
Langkah selanjutnya, eliksir dipindahkan ke dalam gelas kimia dan dimasukkan ke dalam botol 60 ml. Botol yang digunakan untuk menyimpan sediaan eliksir adalah botol coklat. Karena di dalam sediaan ini terdapat acetaminophenum dan alkohol menurut Dirjen POM (1979: 37 dan 65), bahan-bahan ini harus disimpan di dalam wadah yang terlindung dari cahaya, maka digunakan botol coklat untuk mencegah rusaknya sediaan akibat teroksidasi (Ansel, 1989: 389). Kemudian diberi etiket dan label. Obat ini diminum tiga kali sehari 1 sendok teh, setiap 8 jam tiap pagi, siang, dan malam sebelum makan. Pada label harus tertera tanda kocok dahulu sebelum diminum, karena menurut Ansel (1989: 345), eliksir mengandung partikel yang sukar larut di dalamnya sehingga perlu dilakukan pengocokan agar partikel-partikel tersebut tersebar merata pada sediaan.
Kemungkinan kesalahan pada praktikum ini yaitu, bahan-bahan yang digunakan tidak mencapai banyaknya bahan yang diminta dalam resep. Hal ini dikarenakan kesalahn praktikan saat menimbang dan mengukur bahan yang akan digunakan serta adanya bahan-bahan yang masih menempel pada pori-pori mortir.




IV.3     Resep


           


dr. Saleh Tangahu, Sp. Pd
SIK : 09/FM/GTO/003
JL. Kancil Tengah NO. 214
Telp. 0435-890079


No: 05             Gorontalo 5-05-17

R/ Acetaminophenum 120 mg
    Glycerolium 25 ml
    propilenglikol          500 µl
    Sirup simpleks         25  mg
    Aethanolium 90%   500  µl
    Minyak Apel           q.s
    Aquadestilata    ad  5  ml

    m.f. Elixira da in fl 60 ml No. I
    ʃ t.d.d cth 1 a.c

Pro       : Icha
Umur   : 5 tahun



                                                                                
IV.3.1 Narasi Resep
a.      Narasi resep per kata (Syamsuni, 2006: xiv-xxvii).
%            : persenta                                    : Persen
R/           : recipe                                        : Ambillah
ʃ              : signa                                         : Tandai
I             : unus                                          : Satu
¼            : pars quarta                               : Seperempat
1/3          : pars triginta                              : Sepertiga
1             : unus                                          : Satu
1,25        : unus punchtu duo quinqua       : Satu koma dua lima
2,5          : duo puncthu quinqui                 : Dua koma lima
5             : quinque                                     : Lima
25           : viginti quinque                          : Dua puluh lima
120         : centum viginti                           : Seratus dua puluh
125         : centum viqinti quinque             : Seratus dua puluh  lima
250         : ducenti quinquaginta                : Dua ratus lima puluh
500         : quingenti                                   : Lima ratus
Aetal      : aetal                                          : Umur
Cth         : cochlear thea                            : Sendok teh
da in       : da in                                         : Dalam
fl            : flacon                                        : Botol
m.f         : misce fac                                   : Campur dan buatlah
No.         : numero                                     : Sebanyak
pro          : pro                                            : Untuk
q.s          : quantum satis                           : Banyaknya secukupnya
tdd         : ter de die                                   : Tiga kali sehari
b.      Narasi perkalimat bahasa latin
Recipe Acetaminophenum centum viginti ml, Glycerolium viqinti quinque milli litra, Propilenglikol quingenti mikro litra, sirup simpleks viqinti quinque milli grama, Alkohol 90% quingenti mikro litra, citric oil quantum satis, aquadestilata ad quinque milli litra. Misce fac elixira da in flacon numero unus. Signa ter de die cochlear thea unus ante coenam. Pro Icha aetal quinque annos.
c.      Narasi perkalimat bahasa Indonesia
Ambillah Asetaminophen sebanyak seratus dua puluh mili gram, glycerolium dua puluh lima mili liter, propilenglikol lima ratus mikro liter, sirup simpleks dua puluh lima mili gram, alkohol 90% lima ratus mikro liter, aquadestilata tambahkan sebanyak lima mili liter. Campur dan buatlah eliksir dan dimasukan ke dalam botol sebanyak 1. Tandai pemakaian tiga kali sehari satu sendok teh sebelum makan. Untuk Icha umur 5 tahun.
IV.3.2  Indikasi Obat
Berdasarkan zat aktif yang digunakan yaitu acetaminophen, maka dapat diketahui bawa obat ini merupakan obat yang digunakan sebagai pereda nyeri ringan sampai sedang dan juga sebagai pereda demam (IAI, 2016: 37).

IV.3.3  Interaksi Obat
a.      Acetaminophen
Parasetamol berinteraksi dengan tubuh untuk meredakan nyeri dan menurunkan demam dengan cara menurunkan prostaglandin dan menghambat  kerja CO pada sistem syaraf pusat (Sukandar, 2013: 67).
b.      Aethanolum
Alkohol 90% bereaksi dengan air yang terkandung dalam sediaan eliksir untuk membunuh mikroorganisme di dalam air. Karena menurut Ansel (1989: 89), air adalah tempat perkembiakan yang cocok untuk mikroorganisme.
c.       Glycerolum
Glycerolum bereaksi dengan parasemol untuk melarutkan partikel padat parasetamol (Dirjen POM, 1979: 37).
d.      Propilenglikol
Propilenglikol bereaksi dengan parasemol untuk melarutkan partikel padat parasetamol (Dirjen POM, 1979: 37)
e.      Sirup Simpleks
Sirup simpleks bereaksi dengan sediaan eliksir sehingga dapat membantu untuk memberikan rasa yang manis dan membantu untuk memberikan sedikit  kekentalan pada sediaan eliksir Anief (1993: 128).
IV.3.4  Informasi Obat
a.      Cara penyimpanan
Menurut Dirjen POM (1979: 37), sebaiknya obat ini disimpan dalam wadah tertutup rapat, yang artinya wadah tersebut dapat melindungi isinya terhadap masuknya bahan padat, karena sediaan ini merupakan sediaan eliksir. Selain itu, obat ini sebaiknya disimpan pada tempat yang terlindung dari cahaya, karena obat ini mengandung asetaminofen yang tak dapat terkena paparan cahaya matahari.
b.     Cara pemakaian
Resep ini merupakan sediaan untuk pemakaian dalam. Obat ini diminum 3 kali sehari atau setiap 8 jam sekali. Menurut Sukandar (2013: 66), obat ini hanya diminum jika sakit saja, jangan mengkonsumsi obat ini jika telah sembuh.
c.       Informasi Obat
Obat ini merupakan bentuk sediaan eliksir dengan zat aktif acetaminophenum. Menurut (IAI, 2016: 37), zat aktif ini digunakan untuk mengatasi panas dan nyeri.  Diminum tiga kali sehari menggunakan sendok the atau 5 mL sebelum makan. Obat ini diminum setiap 8 jam sekali atau pagi, siang, dan malam.
IV.3.5  Perhitungan
1.     Perhitungan bahan
a.         Acetaminophenum     = 120/5 x 60         = 1440 mg   =1,44 gr
b.         Glycerolum                = 2,5/5 x 60          = 30 ml
c.         Propilenglikol             = 0,5/5 x 60          = 6 ml
d.        Sirup simpleks            = 15 ml
Sukrosa                      = 65/100 x 15       = 9,75 gr
Metil Paraben             = 0,25/100 x 15    = 0,0375 gr
Aqua detilata             = 35/100 x 15       = 5,25 gr
e.         Ethanolum 90%         = 0,5/100 x 60      = 6 ml
f.          Aquadestilata             = 60- (1,44 + 30 + 6 + 15 + 6)  = 1,56 ml
2.     Perhitungan dosis acetaminophenum
a.         Dosis lazim sehari (500 mg – 2 gr) (Dirjen POM, 1979: 959)
Dosis Lazim Sehari               = 5/17 x (0,5 gr – 2 gr)
                                              = 0,14 gr -  0,58 gr
Dosis Sehari                          = 120 mg x 3
                                              = 360 mg
                                              = 0,36 gr
          Jadi, dari perhitungan dosis diatas, dosis lazim sehari adalah 0,14 gr – 0,58 gr dan dosis sehari adalah 0,36 gr. Dapat disimpulkan bahwa dosis asetaminofen pada resep ini masuk dalam range dosis lazim.

IV.4    Farmakologi Acetaminophenum (Gunawan, 2007: 54).
a.  Absorbsi
Paracetamol diabsorbsi cepat dan sempurna melalui saluran cerna. Konsentrasi tertinggi dalam plasma dicapai dalam waktu 1/2 jam dan masa paruh plasma antara 1-3 jam.
b.  Distribusi
       Paracetamol terdistribusi dengan cepat pada hampir seluruh jaringan tubuh. Lebih kurang 25% paracetamol dalam darah terukat pada protein plasma.
c.  Metabolisme
       Metabolisme terjadi di hati oleh cytochrome P-450 terutama oleh isoenzim 2E1 (CYP 2E1) reaksi dengan CYP 2E1 ini mengoksidasi parasetamol menjadi metabolitnya yaitu N-acetyl-pbenzoquinimine (NAPQI).
d. Ekskresi
           Diekskresikan dalam urine (2-5% unchanged, 55% sebagai metabolit glukorronida, 30% sebagai metabolit sulfat).


BAB V
PENUTUP
V.1      Kesimpulan
1.      Eliksir adalah sediaan berupa larutan yang mempunyai rasa dan bau yang sedap, selain obat mengandung juga zat tambahan seperti gula atau zat pemanis lain, zat warna, zat pewangi, dan zat pengawet yang digunakan sebagai obat oral.
2.   Sediaan eliksir digunakan secara oral. Kandungan etanol dari sediaan ini berkisar antara 3% dan 4% dan biasanya eliksir mengandung etanol 5-10% agar penggunaannya aman. Untuk mengurangi kadar etanol yang dibutuhkan untuk pelarut, dapat ditambahkan kosolven lain seperti gliserin, sorbitol, dan propilen glikol.
3.   Sediaan eliksir disimpan dalam kemasan yang tertutup rapat agar menghindari masuknya partikel atau zat padat serta zat cair dari luar wadah agar tidak masuk.
4.   Pembuatan eliksir dilakukan menggunakan lumpang dan alu dimana bahan atau zat aktif dimasukkan, kemudian untuk membantu kelarutan ditambahkan pelarut dan pelarut campur (kosolven) serta untuk rasa ditambahkan pemanis seperti sirup simplex.
V.2      Saran
V.2.1  Jurusan
Sebaiknya jurusan menyediakan anggaran demi kebutuhan laboratorium agar  praktikum berjalan lebih maksimal.
V.2.2  Laboratorium
Sebaiknya laboratorium menyediakan sarana dan prasana terutama pada ketersediaan alat dan bahan agar praktikum berjalan efisien.
V.2.3  Asisten
 Sebaiknya asisten agar lebih memperhatikan dalam penjelasannya yang lebih simpel kepada praktikannya.
V.2.4  Praktikan
Sebaiknya praktikan agar lebih memperhatikan penjelasan asisten sehingga dapat menambah pengetahuan.


 LAMPIRAN-LAMPIRAN
Lampiran 1
Diagram Alir
a.         Pembuatan Sirup Simpleks

Metil Paraben, Sukrosa, Air

 


-        Dipanaskan air sebanyak 18 ml.
-        Dimasukkan 0,0375 gr metil paraben.
-        Diaduk hingga larut.
-        Ditambahkan 9,47 gr sukrosa, sedikit demi sedikit.
-        Diaduk sampai mendidih.
-        Didinginkan dan ditutup menggunakan aluminium foil

Sirup Simpleks


b.        Kalibrasi Botol

Botol

 


-        Diukur 60 ml air
-        Dimasukkan ke dalam botol.
-        Diberi tanda pada batas 60 ml.
-        Dibuang air dalam botol

Botol Kalibrasi



c.         Pengenceran Alkohol 95%

Alkohol 95%
 


-        Dibuat perhitungan pengenceran.
-        Diukur alkohol 95% sebanyak 9,47 ml menggunakan gelas ukur
-        Ditambahkan aquadestilata hingga 10 ml
-        Diaduk hingga homogen dan ditutup menggunakan aluminium foil.

Alkohol 90%


d.       

Acetaminophen, glyceroum, propilenglikol, sirup simpleks, aethanolum 90%, minyak apel, aqua destilata
Pembuatan Elisir




-        Ditimbang acetaminophenum 1,44 gr.
-        Dimasukkan ke dalam lumpang.
-        Diukur propilenglikol 6 ml.
-        Dimasukkan ke dalam lumpang dan digerus hingga merata.
-        Diukur glycerolum sebanyak 30 ml dan 6 ml alkohol 90%.
-        Dimasukkan ke dalam gelas kimia dan diaduk hingga homogen.
-        Dicampurkan ke dalam campuran acetaminophen dan propilenglikol dan paraffin cair.
-        Diaduk hingga homogen.
-        Diukur 15 ml sirup simpleks.
-        Dimasukkan ke dalam lumpang. Diaduk hingga homogen
-        Diukur aqua destilata sebanyak 1,56 ml.
-        Dimasukkan ke dalam lumpang, diaduk hingga homogen.
-        Dipindahkan ke dalam gelas kimia.
-        Dimasukkan ke dalam botol.
-        Ditambahkan aqua destilata sampai tanda kalibrasi.

Eliksir



1 komentar:

KUMPULAN LAPORAN FARMASI FISIKA By: Farmasi Universitas Negeri Gorontalo

Kumpulan Laporan Praktikum Farmasi Fisika Laporan Disolusi Obat  https://drive.google.com/open?id=1uuL2PLKjc_5FY0Z_pEcpfaRITO3vE6r7 Lap...